Asal Usul Pertanian Wasabi Jepang
"FAO menetapkan pertanian wasabi di wilayah Shizuoka sebagai salah satu Sistem Warisan Pertanian Dunia yang Penting dan mengakui wilayah tersebut karena tradisi pertanian dan signifikansi budayanya"
JAKARTA – Sahabat Tani mungkin sudah tak asing lagi dengan wasabi. Tanaman dengan ciri khas berwarna hijau intens dengan rasanya yang pedas, menjadi salah satu makanan khas yang sangat dihargai oleh penduduk jepang selama berabad-abad.
Ada catatan khusus pada negara sakura ini, bahwa sejak abad ke 12 hingga 14, biksu Buddha disana telah mengkonsumsi sup wasabi dingin yang kemudian disusul dengan mulai memakan sashimi yang dilapisi dengan cuka wasabi.
Sejak saat itu, wasabi mulai muncul pada banyak hidangan makanan bahkan telah dikenal dan dikonsumsi oleh orang-orang hingga merambah ke seluruh dunia.
Baca Juga: Budidaya Wasabi di Kota Bogor
Tanaman wasabi tumbuh dan dibudidayakan sekitar 400 tahun yang lalu di daerah Shizuoka, Jepang.
Sejak dulu, petani wasabi tak berhenti menyempurnakan metode produksinya dengan memanfaatkan sumber daya alam di daerah tersebut yang berkelanjutan dan tetap praktis bahkan untuk digunakan hingga saat ini.
Pada tahun 2018, FAO menetapkan pertanian wasabi di wilayah Shizuoka sebagai salah satu Sistem Warisan Pertanian Dunia yang Penting dan mengakui wilayah tersebut karena tradisi pertanian dan signifikansi budayanya.
Kichie Shioya adalah salah satu petani wasabi di Shizuoka. Mengikuti jejak sang ayah, kakek bahkan buyutsebelumnya, ia terus menjaga keberlanjutan bisnis keluarganya dalam membudidayakan wasabi. Saat ini, Kichie Shioya adalah direktur Federasi Shizuoka Serikat Wasabi dan telah berpengalaman mengenai sistem tanam wasabi sehingga membuat budidaya wasabi begitu sangat istimewa.
Baca Juga: Rame Manfaat Manfaat Edamame
"Wasabi adalah tanaman istimewa. Jika airnya becek, akar wasabi kemungkinan besar akan membusuk. Air harus selalu mengandung banyak oksigen,” kata Kichie mengutip dari FAO belum lama ini.
Dan mengelola sistem air pada budidaya wasabi menjadi salah satu hal penting pada kunci keberhasilan budidaya tanaman pedas ini. Mereka menyebutnya gaya tatamiishi, gaya budidaya yang dikembangkan sejak akhir abad ke-19.
Menurut penjelasan Kichie, dataran yang landai tersebut menjadi rangkaian teras, bebatuan besar, bebatuan, dan pasir, yang berfungsi sebagai penyaring alami sejumlah besar mata air yang mengalir di atas ladang wasabi. Gaya budidaya tatamiishi memungkinkan air menembus tanah tanpa tergenang, kemudian juga mengatur masuknya air dan menguras kelebihan air yang tergenang.
“Air mengalir ke bawah dan meresap ke dalam tanah ke tempat wasabi ditanam, sehingga air bersih dapat diambil,” jelas Kichie.
“Sedikit demi sedikit, air menjadi lebih bersih. Daerah kami memiliki banyak batu apung, terbentuk dari abu vulkanik yang menyerap air dengan baik, sehingga air bawah tanah melimpah," tambahnya.
Baca Juga: Buah-buahan Wajib Saat Imlek
Sayangnya, daerah Shizuoka merupakan salah satu daerah yang rawan bencana alam di Jepang. Beberapa dekade yang lalu, Shizuoka bahkan pernah dihantui bencana dahsyat bagi para petani wasabi disana. Topan yang merusak terutama melanda ladang wasabi pada tahun 1958, hanya menyisakan 5% tanaman yang tidak rusak.
Sadar akan harus adanya pencegahan preventif, wilayah Shizuoka sedikit demi sedikit kembali pulih dan telah mempersiapkan banyak hal dengan baik untuk mengantisipasi cuaca buruk yang akan datang.
Misalnya seperti membangun saluran air dan infrastruktur sungai yang memadai. Sistem pengaturan air alami bergaya tatamiishi juga membantu meningkatkan ketahanan tanaman wasabi terhadap banjir dan kondisi cuaca buruk dengan cara mengurangi aliran air.
Baca Juga: Mengenal Mistisnya Si Ratu Malam
Risiko lain pada budidaya wasabi adalah peningkatan suhu yang disebabkan oleh perubahan iklim. Tanaman wasabi harus dilindungi dari sinar matahari langsung dari musim semi hingga musim gugur. Untuk itu, mereka banyak menanam pohon alder yang berasal dari Asia Timur agar ladang tanaman wasabi menjadi teduh.