"Kebakaran juga akan mengurangi umur pakai dari lahan tersebut, misalnya, misalnya bisa digunakan hingga 50 tahun namun akibat kebakaran akan menyebabkan lahan hanya akan bisa digunakan hanya 20 tahun saja"
Jakarta - Ketika musim kemarau, kita banyak mendengar berita tentang munculnya beberapa titik api di hutan sehingga menyebabkan kebakaran hutan. Hampir setiap tahun wilayah hutan di Indonesia selalu berkurang karena kebakaran hutan. Hutan merupakan tempat tinggal bagi berbagai macam jenis flora dan fauna.
Selain menjadi tempat tinggal, hutan juga menjadi tempat mencari makan dan tempat berlangsungnya kehidupan flora dan fauna. Jika hutan terbakar maka lingkungan tempat berkembangbiaknya flora dan fauna akan rusak. Lebih jauh lagi, rusaknya habitat atau tempat hidup akan mempengaruhi kelangsungan hidup flora dan fauna yang tinggal di dalam hutan.
Baca Juga: Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Karhutla
Menurut Ahli Kebakaran Hutan, Profesor Bambang Hero Saharjo, mengatakan Kebakaran hutan akan langsung berdampak pada ekosistem. “Kebakaran hutan tentu saja sangat berdampak negatif terhadap tanah, tumbuhan, satwa, dan kaitannya dengan penurunan emisi gas rumah kaca. (GRK) Terbakarnya gambut selain memproduksi emisi GRK yang relatif tinggi juga panasnya api kebakaran akan memakan gambut hingga ke kedalaman tertentu, yang berujung terdampak pada sifat kimia, fisik dan biologi,” Tuturnya.
Kebakaran juga akan mengurangi umur pakai dari lahan tersebut, misalnya, misalnya bisa digunakan hingga 50 tahun namun akibat kebakaran akan menyebabkan lahan hanya akan bisa digunakan hanya 20 tahun saja. Kebakaran tentu mengganggu ekosistem dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kehidupan tanah/lahan.
Baca Juga: Seberapa Sering Kebakaran Hutan Terjadi?
Prof Bambang menjelaskan, apa yang terjadi jika flaura dan fauna benar-benar mengalami dampak langsung dari kebakaran hutan. “pada tumbuhan yaitu langsung mati atau mengalami luka yang pada akhirnya mati juga, atau kalaupun masih bisa hidup kembali, kualitas kayunya akan sangat menurun. Sementara kebakaran yang berulang kali terjadi hanya akan membuat tumbuhan itu menderita karena pada akhirnya akan meninggalkan beberapa species saja yang tersisa.
Selain itu tumbuhan yang mati akibat kebakaran, juga akan melepaskan emisi GRK akibat terbakarnya pohonnya yang merupakana bahan bakar , juga akan mengurangi kemampuannya untuk menurunkan emisi CO2, sehingga yang terjadi bukan penurunan emisi GRK tertapi juga peningkatan emisi GRK,” Jelas Guru besar Institut Pertanian Bogor itu.
Baca Juga: Riau Hadapi Ancaman Karhutla
Selain itu, ia mengatakan bahwa untuk satwa pada dasarnya ancaman terbesar spesies endemik suatu daerah itu bukanlah perburuan, melainkan habitatnya. Hal inilah yang menjadikan indikasi kebakaran akan menambah ancaman bagi satwa untuk bertahan, jika habitat mereka juga dilahap oleh api dan terbakar. “Dampak terhadap satwa yaitu berupa kematian satwa tersebut. Bisa juga secara tidak langsung melalui terbakarnya habitat satwa. dengan terbakarnya sumber pakan, satwa maka akan mempengaruhi keberadaan dan kontnuitas satwa itu sendiri,” Tutupnya.
Baca Juga: Pengaruh Kebakaran Hutan Terhadap Tanah