• 22 November 2024

Budidaya Ikan Hias Mahasiswa IPB

"Jadi seluruh aspek harus diperhatikan, terutama indukan yang menghasilkan telur. Kemudian kualitas air mulai dari suhu, pH, kandungan kadar oksigen yang masuk dan sebagainya"

BOGOR - Himpunan Mahasiswa Akuakultur (Himakua) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melalui bidang biro produksi berhasil membudidayakan ikan hias air tawar. Ikan hias yang dibudidayakan di bengkel produksi sebutan untuk tempat budidaya, berawal dari ikan koridoras mulai dari jenis paleatus, sterby, aenus dan albino.

Namun kini bengkel produksi di bawah Departemen Budidaya Perairan tersebut telah berkembang dengan membudidayakan jenis ikan hias lainnya, seperti guppy, manfish, louhan dan maskoki. Ketua Himakua, Muhammad Roikhan mengatakan, biro produksi sebenarnya mulai membudidayakan ikan hias akhir 2019, namun sempat terhenti lantaran ada pendemi Covid-19. Bengkel produksi kemudian diaktifkan kembali pada akhir 2020.

"di bengkel produksi sekarang sudah banyak ikan hias yang dibudidayakan, seperti koridoras, dan dikembangkan guppy, manfish, louhan sama maskoki. Ikan maskoki ini hanya selingan untuk penelitian," kata Roikhan kepada Jagadtani.id. Ia menceritakan pertama kali yang dibudidayakan adalah ikan koridoras yang indukannya didapat dari Alumni FPIK. Ikan ini dipilih lantaran sudah ada pangsa pasarnya.

Baca Juga: BCF, Ikan Hias yang dilindungi

"Indukan koridoras pertama itu dapat Alumni, cukup banyak jumlahnya. Kita terus pijahkan. Dan sekarang, paling lama dua hari sekali kita sudah bisa panen telur," tuturnya. Dikatakan Roikhan, untuk budidaya koridoras sendiri bisa dibilang tidak sulit, namun butuh ketelatenan tinggi dalam hal perawatan agar hasil yang didapat sebanding.

"Jadi seluruh aspek harus diperhatikan, terutama indukan yang menghasilkan telur. Kemudian kualitas air mulai dari suhu, pH, kandungan kadar oksigen yang masuk dan sebagainya. Terakhir untuk anakannya, di kolam penetasan harus diatur juga suhu, pH, terus pemberian obat dan lainnya," paparnya.

Untuk aktivitas perawatan di bengkel produksi yang berada di area kampus FPIK di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tersebut sedikitnya melibatkan 10 mahasiswa secara bergantian dengan 2 sampai 4 orang setiap harinya. Di bengkel produksi itu juga tak hanya membudidayakan ikan hias air tawar di sejumlah akuarium, tetapi cacing sutera juga dibudidayakannya di kolam terpal.

Baca Juga: Menguak Misteri Banyaknya Paus Terdampar

selain digunakan sebagai pakan alami ikan, sebagian hasil dari budidaya cacing sutera dijual untuk tambahan biaya operasional budidaya ikan. "Pasar kita sekarang masih di lingkup wilayah Bogor, teman-teman IPB atau pasar di luar yang beli ke kita. Di sini kita bukan hanya jualan ikan, tapi cacing sutera dari harga Rp 5.000 sampai Rp 25.000," ujarnya.

Sejauh ini, menurut Roikhan, peluang usaha koridoras cukup menjanjikan, apalagi tingkat keberlangsungan hidup (SR) ikan mencapai 80 persen ke atas. Koridoras juga banyak peminatnya lantaran sangat populer digunakan sebagai ikan pembersih dan memakan sisa makanan di akuarium.

Baca Juga: Standar Perawatan Aquascape yang Sebenarnya

"Ikan (koridoras) masih banyak (diminati). ikan ini lebih cocoknya itu menghabiskan pakan-pakan sisa. Dia juga uniknya sering berenangnya di dasar. Ikan-ikan kecil yang dimainkan di aquascape kurang lebih kita produksi semua di sini," ungkapnya. Ia juga menjelaskan, untuk koridoras yang dipasarkan hanya benih saja dengan ukuran kurang lebih satu sentimeter. Per ekor ikan dihargai Rp 500.

"Untuk hasilnya saat ini masuk ke sini lagi untuk biaya operasional dan diputar untuk pakan. Kalau investasi hitungannya di akhir tahun," pungkas mahasiswa FPIK semester enam itu.

Baca Juga: Momentum Bangkitnya Ikan Hias Nasional

Related News