• 25 April 2024

Produksi Cincau Meningkat Saat Ramadhan

uploads/news/2021/04/produksi-cincau-meningkat-saat-85839d4cd4eb159.jpg

"selama bulan Ramadhan produksi ditingkatkan dari tiga drum menjadi 14 drum per hari dan dari setiap drum dapat dicetak menjadi 18 ember"

Jakarta – Sahabat tani pasti sudah tidak asing lagi dengan cincau, daunnya yang sering diolah menjadi bahan minuman ini memang menyegarkan dan membuat adem tenggorokan saat dinikmati. Karena itulah cincau banyak diburu warga untuk dijadikan menu saat berbuka puasa. Bisa dipadukan dengan dawet putih berhaban tepung beras atau bahan lain yang kemudian dicampur dengan sirup gula merah dan es batu. Cincau terbagi menjadi dua jenis yaitu cincau hijau dan cincau hitam.

Cincau hitam ini salah satunya diproduksi warga Desa Jati sari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun. Sebanyak lima warga menjalankan usaha turun temurun itu. Pada bulan Ramadan ini mereka ketiban rezeki karena permintaan produksi meningkat drastis. "Kalau hari-hari biasa hanya membuat janggelan sebanyak satu drum. Pas puasa seperti ini sampai delapan drum setiap hari," kata Jaenuri salah serang produsen cincau hitam di Desa Jatisari.

Baca Juga: Meracik Es Cincau Ala Rumahan

Menurut Jaenuri, guna memenuhi lonjakan permintaan selama bulan Ramadhan produksi ditingkatkan dari tiga drum menjadi 14 drum per hari dan dari setiap drum dapat dicetak menjadi 18 ember yang dijual dengan harga Rp 22 ribu per ember. Dengan bertambahnya produksi, maka secara otomatis berdampak pada peningkatan omzet.

Menurut dia, nilai jual cincau hitam per drum dengan kapasitas 200 liter sebanyak Rp 324 ribu. Setelah pembuatannya mencapai delapan drum, maka jumlah pendapatan kotor yang diterima Jaenuri sebanyak Rp 2,59 juta per hari. Untuk mendapatkan uang sebanyak itu Jaenuri harus bekerja setidaknya selama 12 jam per hari. Ia yang dibantu lima bekerja mulai beraktivitas sejak pukul 03.30 hingga 15.30 WIB. "Istirahatnya gantian, karena saat proses bisa ditinggal," Jelasnya.

Baca Juga: Gandum Bukan Hanya Untuk Diet

Untuk proses pembuatan cincau, Jaenuri menyatakan membutuhkan waktu tiga jam per drum. Ini mulai memasak daun janggelan yang didatangkan dari Pacitan dan mengambil sarinya. Kemudian, menyaring dan mencampurnya dengan tepung terigu. Setiap proses itu dilakukan di atas tungku dengan panas tinggi dan harus sering diaduk untuk mendapatkan tekstur yang lembut. Setelah benar-benar matang, cincau diwadahi dalam ember dan dibiarkan hingga beberapa menit.

Setelah dingin, bentuknya yang sebelumnya cair menjadi padat seperti agar-agar. "Kalau sudah jadi begini, janggelan masih bisa dikonsumsi hingga tiga hari ke depan" kata pria paruh baya itu. Setelah cincau hitam jadi, maka sejumlah pembeli datang ke tempat usaha sekaligus kediaman Jaenuri dan keluarganya.

Baca Juga: Menanam Daun Mint di Pekarangan

Selain untuk kebutuhan sendiri, hasil produksi itu juga dijual lagi oleh para pembeli. Ada yang dijual setelah menjadi minuman atau dikirim ke pedagang lain di wilayah Kabupaten Madiun, seperti Kecamatan Geger, Dagangan, Mejayan.

Baca Juga: Cascara, Teh Sejuta Rasa

Penjualan cincau itu juga masuk ke wilayah Ponorogo dan Magetan. Area penjualan cincau hitam itu lebih luas dibandingkan hari-hari di luar Ramadan. Sebab, biasanya hanya di wilayah Kecamatan Geger dan Dolopo. "Kalau biasanya, proses saya lakukan sendiri," tutup Jaenuri.

Related News