• 25 November 2024

Ketangguhan Petani Perempuan Demi Kesejahteraan

uploads/news/2021/04/ketangguhan-petani-perempuan-demi-9500474b502f277.jpg

"Perlu disadari bahwa perempuan petani memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah"

JAKARTA – Ketika COVID-19 mengguncang seluruh sektor kehidupan, terbukti bahwa sektor pertanian lah yang masih tetap bertahan dengan kehadiran virus baru tersebut. Tercatat di tahun 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 2,15 persen. Hal tersebut, tidak lepas dari peran perempuan. Keberhasilan kinerja pertanian tidak lepas dari peran perempuan yang bekerja di sektor pertanian. Akan tetapi, petani perempuan di Indonesia terus mengalami rintangan dalam banyak hal.

Perlu disadari bahwa perempuan petani memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Sebagai ibu rumah tangga, perempuan dituntut untuk bertanggung jawab untuk mengurus keluarga. Sebagai pencari nafkah, perempuan dituntut untuk menjadi pencari penghasilan, baik penghasilan utama maupun tambahan.

Baca Juga: Mengenal 5 Pertanian Modern

Data BPS hasil Survei Pertanian antar Sensus (Sutas) 2018 menyebutkan, jumlah petani perempuan di Indonesia sekitar 8 juta orang. Hampir 24 persen dari 25,4 juta orang petani adalah petani perempuan. BPS juga mencatat, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan perempuan sebagai pemimpin dalam rumah tangga berjumlah sekitar 2,8 juta rumah tangga.

Berdasarkan data tersebut, tercatat bahwa perempuan memiliki banyak keterlibatan pada sektor pertanian. Di tengah peran strategis petani perempuan dalam mendukung kegiatan pertanian, mereka harus menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam kualitas hidup mereka.

Salah satunya permasalahan mengenai ekonomi. Adanya tingkat kemiskinan yang cukup rentan bagi petani di Indonesia. Bukan hal yang umum, pertanian dan kemiskinan sudah menjadi layaknya benang kusut yang sulit diuraikan satu sama lain. BPS mencatat, 46,3 persen rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sedangkan sisanya bergantung dari sektor selain pertanian. Faktanya adalah perempuan ini sangat miskin sehingga mereka tidak punya pilihan selain bekerja di pertanian, namun tidak mendapat pengakuan dari pihak berwenang.

Baca Juga: Srinthil, Sang Primadona Tembakau

Petani perempun selain menapaki peran sebagai pencari nafkah dalam pertanian, mereka juga dituntut untuk mendidik anak-anak mereka agar mendapatkan nasib yang lebih baik. Keluar dari jerat kemisikinan. Di tengah ancaman COVID-19, petani perempuan yang sekaligus menjadi ibu, terpaksa harus menghadapi kebijakan pemerintah berupa penerapan school from home (SFH). Mereka harus mendampingi anak-anak mereka dalam menjalani pendidikan dari rumah. Kondisi tersebut membuat beban perempuan bertambah berat karena tugas mendidik dijalankan bersamaan dengan mengurus rumah tangga dan bekerja.

Di sisi lain, petani perempuan secara nyata kurang memiliki akses terhadap kepemimpinan dan pengambilan keputusan, meski terbilang memiliki peran yang cukup penting. Banyaknya asumsi yang mengatakan pekerjaan pertanian yang dilakukan oleh perempuan dipandang sebagai pekerjaan sampingan dari pekerjaan rumah tangga mereka atau hanya sebatas membantu laki-laki di bidang pertanian.

Baca Juga: Hadirnya Varietas Benih Unggul Hidroponik

Ketimpangan lain kembali dirasakan mengenai perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi. Cuaca ekstrim yang sering terjadi cukup memberi tekanan yang besar pada perempuan. Sebagai petani, mereka harus menyesuaikan jadwal bertani dengan cuaca, di sisi lain mereka yang berperan sebagai ibu dan istri, harus memastikan kesejahteraan keluarga dalam keadaan yang sulit.

Dengan demikian, solusi diperlukan untuk menangguhkan diri bagi petani perempuan. Perlu adanya keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam organisasi pertanian. Adanya keterlibatan tersebut dapat membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik dan lebih tepat. Sehingga, tidak lagi adanya asumsi bahwa hanya laki-laki yang mampu mengambil keputusan dalam bidang pertanian. Dengan keterlibatan organisasi, petani perempuan dapat ikut melatih cara meningkatkan produksi dan profit organisasi.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Raih Penghargaan Terbaik

Lalu, adanya pemberdayaan perempuan petani dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi banyak pihak. Jika perempuan berdaya, produktivitas pertanian dan rumah tangga mereka akan meningkat yang dapat menjaga kestabilan pendapatan sehingga dapat meningkatan kesejahteraan keluarga.

Maka, pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa perempuan petani memiliki akses terhadap sumber daya dan peluang kepemimpinan. Langkah-langkah konkrit terhadap hal ini mencakup peningkatan pendidikan anak perempuan, dorongan partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam organisasi pertanian. Upaya-upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri perempuan. Selain itu, perempuan petani harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang metode adaptasi, dan teknologi prakiraan iklim.

Baca Juga: KKP Amankan Alligator di Tarakan

Dalam bidang pertanian, perempuan dengan jumlah hampir setengah dari total penduduk Indonesia merupakan kunci kesejahteraan bangsa dan berperan penting dalam pembangunan, salah satunya memperkuat ketahanan pangan dan pertanian melalui digitalisasi. Untuk ini, berbagai pihak berupaya memperkuat peran perempuan. Salah satunya dengan mengadakan berbagai kegiatan gerakan menanam dan bina wirausaha lokal. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya dalam mendukung peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan nasional, dimulai dari keluarga. 

Related News