• 22 November 2024

Petani Perempuan di Hari Kartini

uploads/news/2021/04/petani-perempuan-di-hari-23875374595d839.jpg

"Di bidang pertanian, perempuan dengan jumlah hampir setengah dari total penduduk Indonesia merupakan kunci kesejahteraan bangsa dan berperan penting dalam pembangunan"

Jakarta - Perusahaan maupun lembaga lain di sektor pertanian seringkali tidak melihat bahwa 40 persen dari aktivitas pertanian di Indonesia dijalankan oleh perempuan. Sektor swasta dan publik kerapkali tidak memperhatikan peran perempuan. Perusahaan umumnya kesulitan dalam melihat posisi petani perempuan sebagai pengambil keputusan, begitu pula dengan potensi dampak finansialnya terhadap keuntungan bisnis.

Posisi perempuan di pertanian berbeda dengan laki-laki. Perempuan memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus pencari nafkah. Sebagai pencari nafkah, perempuan dituntut juga untuk menjadi pencari nafkah, baik utama maupun tambahan, terlebih pada rumah tangga dengan kepala keluarga adalah perempuan. Perempuan yang bekerja di sektor pertanian terlibat mulai dari kegiatan penanaman sampai panen dan pascapanen. Biasanya, mereka bekerja sebagai pekerja keluarga atau buruh pertanian. Namun, ada juga perempuan yang bekerja sebagai petani utama.

Baca Juga: Demi Kedaulatan Pangan Indonesia

Di bidang pertanian, perempuan dengan jumlah hampir setengah dari total penduduk Indonesia merupakan kunci kesejahteraan bangsa dan berperan penting dalam pembangunan, salah satunya memperkuat ketahanan pangan dan pertanian melalui digitalisasi. Untuk ini, berbagai pihak berupaya memperkuat peran perempuan. Salah satunya diberitakan oleh HKTI yang memberikan pelatihan pembuatan frozen food dan membina wirausaha lokal, serta Gerakan Tanam Serentak Seluruh Indonesia. Berbagai kegiatan tersebut  dilaksanakan sebagai upaya dalam mendukung peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan nasional, dimulai dari keluarga. Kegiatan dijalankan pada kelompok Perempuan Tani HKTI yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di masa adaptasi kebiasaan baru, keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) di setiap desa menjadi semakin penting. Hal ini sejalan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang diusung Kementan sebagai salah satu program dalam upaya meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan yang berkelanjutan. Sebagai misal, KWT Sumber Rejeki, Desa Budur, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon yang masih tetap berusaha produktif meski terbatas oleh kondisi ekonomi dan sosial ditengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Sensasi Rumah Pohon Pulau Leebong

 

Berbekal bantuan dari Kementan, mereka menanam sayuran berupa kangkung, bayam, sawi, seledri, terong, kembang kol, cabai, dan kucai. Selain sayuran mereka juga menanam buah-buahan dan rempah seperti lengkuas, jahe, dan kencur. Bukan hanya itu, budidaya ikan lele juga tak luput mereka usahakan.

KWT Sumber Rejeki memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam dengan menggunakan irigasi kapiler, yaitu model budidaya tanaman dalam polybag atau wadah berisi akses air terus menerus melalui kapiler berbahan kain flanel, selanjutnya  sistem kapiler ini juga diintegrasikan dengan budidaya ikan.

Baca Juga: Turunnya Minat Profesi Petani Millenial

 

Selain memproduksi sayuran, pada saat yang sama kebutuhan protein hewani juga terpenuhi. Inovasi tersebut mengantarkan KWT Sumber Rejeki sebagai juara kedua tingkat nasional pada peringatan Hari Tani, 24 September 2020 lalu. Acara tersebut digelar oleh Kementan bidang Ketahanan Pangan KRPL di Lembang, Provinsi Jawa Barat. KWT Sumber Rejeki sangat menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bisa jadi sebagai upaya menjaga produksi pangan secara mandiri.

Kegiatan yang dilakukan KWT tak hanya menanam dan budidaya, akan tetapi mereka juga menyelenggarakan pelatihan membuat kue, membuat serbuk jahe dari hasil panen, hingga membuat pupuk kompos sendiri dengan memanfaatkan limbah rumah tangga kaya sampah sayuran sama air cucian beras.

Baca Juga: Kebiasaan Penting Untuk Melestarikan Hutan

Related News