“Miris melihat para petani di wilayah ini. Hasil buminya dijual ke tengkulak dengan harga yang murah”
Sukabumi – Bagi Sahabat tani pecinta kopi tentu tak asing dengan kampung yang satu ini. Ya, kampung Sinagar ialah kampung yang asri terletak di kaki gunung Pangrango, terkenal memiliki cita rasa kopi yang nikmat dan berbeda.
Kopi Sinagar, selain nikmat diteguk, aromanya pun harum. Sejak berabad silam, kopi ini telah menyita perhatian bangsa Eropa lantaran kehadirannya datang dari eksistensi kolonial Belanda. Sekitar ratusan tahun lamanya kopi ini dibudidayakan, hingga kini aromanya masih tercium di sini.
Bergeraknya pengelolaan kopi yang semakin inovatif, sistematis dan kompetitif, berkat adanya campur tangan sosok perempuan gigih yang selalu tangguh. Mengingat hari kartini, Nurmadanis mampu mengenalkan kopi dari kampung halamannya hingga tercium ke daratan Eropa.
Baca Juga: Petani Perempuan di Hari Kartini
Perempuan 36 tahun ini giat berupaya meyakinkan tetangganya di Kampung Sinagar, Desa Nagrak Utara, Kabupaten Sukabumi. Melalui pintu ke pintu, ia mengimbau kesadaran masyarakat.
Tujuannya, bagi masyarakat yang tidak mengantongi pekerjaan tetap ataupun putus sekolah. Dan tentunya para perempuan serta keluarga prasejahtera. Nurma, sudah lama merasakan ketidakberdayaan masyarakat setempat. Dengan bekerja sungguh-sungguh, namun hasil yang didapat tak lepas dari kemiskinan. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena penguasaan oleh tengkulak.
“Miris melihat para petani di wilayah ini. Hasil buminya dijual ke tengkulak dengan harga yang murah,” jelas Nurma.
Baca Juga: Ketangguhan Petani Perempuan Demi Kesejahteraan
Melihat itu, perempuan penyuluh sosial ini, memutar otak. Nurma terus-menerus memberikan penyuluhan, sekaligus menggerakkan kelompok tani, di tahun 2019. Nurma meyakinkan tetangganya bahwa kopi memiliki daya jual tinggi apabila diolah dengan baik. Sebelumnya, sistem pengolahan kopi masih dilakukan secara manual juga ditumbuk. Nurmadanis bersama pemuda Karang Taruna berjuang supaya kopi Sinagar berkembang lebih besar.
Alhasil, dilaksanakan pendampingan oleh Kementerian Sosial bersama Kementerian Riset dan Teknologi mengenai potensi Kampung Sinagar termasuk di dalamnya pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan perempuan. Dari proses tersebut, Kampung Sinagar menerima bantuan berupa mesin roasting, pengupas kering dan pengupas basah.
Baca Juga: Kopi Solok Melejik Hingga Amerika
Demikian, kebutuhan konsumen dapat terpenuhi relatif lebih cepat. Sejak itulah, Nurma mengawali pengelolaan kopi oleh petani sendiri.