• 24 November 2024

Restorasi Pala di Kampung Buntar 

uploads/news/2019/11/restorasi-pala-di-kampung-48093fdd1850b46.jpg

Saat ini, keberadaan pohon pala mulai berkurang seiring perkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk di wilayahnya.

BOGOR - Pohon pala dulu menjadi pemandangan tak asing di Kelurahan Muarasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor atau tepatnya di Kampung Buntar. Saat ini, keberadaan pohon yang memiliki nama ilmiah Myristica fragrans itu mulai berkurang seiring perkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk di wilayahnya.

Hal itulah yang mendasari Kelompok Tani Wanita (KWT) Bina Tani untuk merestorasi pohon pala di wilayahnya dengan menanam kembali bibit-bibit pala di atas bidang tanah seluas 800 meter persegi. Bibit-bibit yang ditanam tersebut sengaja dipilih umur tiga tahun agar cepat berbuah setelah setahun ditanam.

Ketua KWT Bina Tani, Nurhasanah mengatakan, penanaman bibit pala itu karena ada keinginan pihaknya untuk mengembalikan keberadaan pohon pala seperti dahulu kala, yang banyak tumbuh di wilayahnya. Bahkan kala itu, saking banyaknya pohon pala, Kampung Buntar terkenal sebagai sentra penghasil pala. 

Ia juga berencana akan menata Kampung Buntar menjadi kampung tematik berbasis pertanian yang diberi nama Kampung Pala. Untuk mewujudkan itu, bibit-bibit pala yang disediakan oleh Dinas Pertanian akan ditaman di setiap pekarangan rumah warga.

“Jadi konsepnya Kampung Pala. Warga nantinya tinggal menyiapkan lubang saja di setiap pekarangan. Untuk pemeliharaan pohon pala sendiri tidak terlalu sulit. Jika akar pohon pala yang tertanam sudah stabil, hanya tinggal diberikan pupuk secara rutin saja," jelasnya. 

Di sisi lain, penanaman bibit pala yang saat ini sedang digarap untuk memenuhi ketersediaan sumber bahan baku buah pala yang dijadikan beberapa produk olahan berupa makanan dan minuman dikelola oleh KWT Bina Tani. Seperti manisan, permen dan sirup pala. 

"Iya, jika sedang banyak pesanan seperti pada hari raya lebaran untuk menutupi kebutuhan itu kita datangkan dari luar Kota Bogor, Cicurug dan Ciapus. Untuk sekali pengiriman pala itu bisa mencapai 100 kilogram. Karena selama ini kita membeli dari pengumpul pala di sini," kata Nurhasanah.

Di Dapur Mysari tempat produksi olahan buah pala, KWT Bina Tani juga memberdayakan warga setempat dengan kapasitas produksi daging pala antara 50 sampai 60 kilogram per minggu. Untuk biji dan fuli atau salut biji oleh KWT Bina Tani dikeringkan karena memiliki nilai jual tinggi di pasaran. 

"Iya, dari buahnya hingga bijinya bisa dimanfaatkan sehingga tidak terbuang karena punya nilai ekonomis yang tinggi. Biji pala basah itu di pasaran harganya sekarang Rp15.000 per kilogram. Biji pala kering itu dibeli Rp40.000 per kilogram. Sedangkan fuli-nya bisa mencapai 150.000 per kilogram," tandasnya. (HAB) 

 

Related News