"ketimpangan lahan secara langsung mengancam mata pencaharian 1,4 miliar termiskin di dunia"
JAKARTA – Merayakan Hari Buruh, ratusan juta pekerja di dunia tetap terjebak dalam kritis kemiskinan oleh ketimpangan dan ketidakamanan lahan. Hak-hak yang dimilikinya dan akses keadilan tanah rentan dirasakan terutama wanita. Tanah padat yang mereka butuhkan untuk bekerja keluar dari kemiskinan.
Ketidakamanan dan ketimpangan lahan adalah endemik, dalam kombinasi bekerja untuk menjaga keluarga yang terjebak dalam kemiskinan selama beberapa generasi.
Baca Juga: Nasib Petani Di hari Buruh
Sekitar 1 miliar orang merasa tidak aman tentang haknya untuk tinggal di tanah yang dimiliki. Menurut survei global baru oleh inisiatif hak atas tanah Prindex, Koalisi Tanah Internasional lebih lanjut menemukan bahwa ketimpangan lahan secara langsung mengancam mata pencaharian 1,4 miliar termiskin di dunia.
Tiga perempat pekerjaan di negara-negara berkembang adalah wiraswasta dan sebagian besar pekerjaan pertanian di daerah pedesaan atau usaha kecil di kota-kota. Satu-satunya kesempatan para pekerja agar lolos dari kemiskinan adalah dengan membuat tenaga kerja lebih menguntungkan, atau dengan menemukan pekerjaan upah berbayar yang lebih baik, biasanya melalui pendidikan.
Baca Juga: Hari Buruh Dimata Petani Millenial
Sayangnya, distribusi kepemilikan lahan yang tidak setara dan hak atas tanah yang tidak aman membuat keduanya sangat sulit bagi masyarakat miskin terutama perempuan. Memang, peran wanita sebagai pekerja masih dianggap minoritas khususnya di Indonesia.
Banyak pekerja perempuan tidak mendapatkan hak nya selama bekerja di ladang pertanian. Hal itu, mengacu pada banyaknya pekerja wanita imigran yang menggantungkan hidupnya disana.
Seorang petani kecil tidak akan membangun lumbung baru atau bekerja untuk meningkatkan kualitas tanah jika nantinya akan diusir sebelum dapat mengumpulkan dana kembali. Dan jika tidak menghasilkan cukup dari sebidang tanah kecil miliknya maka, tidak akan ada harapan untuk berkembang.
Baca Juga: Panen Raya Petani Millenial Sukabumi
Kabar baiknya jika situasi ini berbalik, saat petani percaya diri dengan hak-haknya dan memiliki target yang adil dalam mengakses tanah, mereka akan berinvestasi di masa depan yang lebih baik untuk kehidupan keluarganya.
Kenyataannya adalah, kepemilikan lahan terkonsentrasi ditangan para elit di daerah pedesaan, dan hak-hak yang tidak jelas dapat membuatnya sulit untuk memperluas lahan.
Tahun ini, menandai Hari Pekerja Internasional dengan latar belakang krisis penggusuran Covid-19 yang terus melonjak. Memperkuat hak atas tanah, mengendalikan distribusi kepemilikan dan memastikan perempuan memiliki akses yang adil ke tanah adalah tiga cara yang sering diabaikan.
Baca Juga: Petani Perempuan Di Hari Kartini
Pada akhirnya, jika sahabat tani memiliki kesempatan untuk bergerak naik di dunia pertanian, maka mendapat manfaat dari masyarakat yang lebih aman, lebih sehat dan lebih sejahtera.