Luka Granat akibat Serangga Laut
"Terlihat seperti luka-luka akibat peperangan. Seperti akibat suatu serangan granat. Penuh berlumur darah,"
JAKARTA – Ada banyak bahaya yang bisa saja terjadi saat sedang asyik bermain di laut, mulai dari terbentur terumbu karang, tersengat ubur-ubur dan ikan pari, menginjak bulu babi, hingga digigit ular laut.
Seperti yang di rasakan oleh seorang pemuda asal Australia, Sam Kanizay. Saat selesai berendam di pantai Brighton, darah mengucur deras dari kedua kakinya.
Baca Juga : Bangkai Belalang yang Halal Dimakan
Awalnya, Sam Kanizay mengaku tidak merasakan hal aneh ketika berendam sampai sedalam pinggang di pantai yang berlokasi tak jauh dari rumahnya di Kota Melbourne itu. Setelah sampai dirumahnya, barulah ia sadar kedua kakinya membutuhkan pertolongan serius. "Terlihat seperti luka-luka akibat peperangan. Seperti akibat suatu serangan granat. Penuh berlumur darah," kata Jarrod Kanizay, ayah Sam, mengutip dari BBC.
"Kami membasuhnya namun darahnya kembali muncul dengan segera. Tidak ada pembekuan sama sekali. Jadi terus saja berdarah dan berdarah," lanjut ayah Sam.
Baca juga : Kera dan Monyet itu Berbeda
Mirisnya, saat mengunjungi dua rumah sakit yang berbeda, pihak rumah sakit tidak bisa mengidentifikasi penyebab 'luka granat' yang dialami Sam.
Karena penasaran dengan penyebab yang terjadi pada kedua kakinya, Jarrod Kanizay memutuskan untuk menyelidiki dan kembali ke pantai. "Saya kembali ke pantai kemudian membuat jebakan didalam airnya agar tertangkap. Kemudian saya memperoleh ribuan serangga-serangga kecil seperti tungau dari dalam pantai tersebut, lalu saya kirim ke para ahli." Jelas Jarrod.
Baca juga : Kuntul, Burung yang Sebrangi Benua
Jarrod kemudian mengirim sampel serangga-serangga itu ke ahli biologi kelautan di Museum Victoria. Ahli biologi kelautan, Dr Genefor Walker-Smith, yang melihat beberapa sampel tersebut, mengidentifikasi serangga-serangga tersebut kemungkinan diduga adalah amphipod bernama latin lysianassid amphipods, atau lalat laut.
Akan tetapi, pakar lainnya, Dr Murray Thomson dari University of Sydney, meyakini makhluk itu termasuk isopod dari krustasea, keluarga binatang air yang berkulit keras seperti udang dan kepiting.
Amphipod umumnya menyantap bangkai hewan laut, seperti ikan dan kepiting. Mereka sendiri adalah santapan hewan laut lainnya yang lebih besar. "Jika tidak ada mereka, laut akan penuh dengan bangkai ikan dan bangkai burung," ujar Dr Genefor Walker-Smith, mengutip dari BBC. Dr Thomson mengatakan isopod biasanya menyantap bangkai ikan dan cacing laut. Baik amphipod maupun isopod aktif pada malam hari.
Kabar baiknya, menurut para ahli insiden yang menimpa Sam tidak perlu menimbulkan kecemasan. Insiden tersebut hanya kebetulan tak beruntung yang dirasakan oleh Sam. Akademisi dari Monash University, Richard Reina, mengatakan kasus yang menimpa Sam tidak sering terjadi.