• 23 November 2024

Kedasih, Burung Parasit Penanda Kematian

uploads/news/2021/05/kedasih-burung-parasit-penanda-648478349bc58ff.jpg

"Selain dianggap membawa malapetaka kematian, kedasih dikecam sebagai burung yang sadis dan licik. Hal ini karena kedasih selalu merebut sarang milik burung yang lain sebagai tempat menetaskan telur miliknya"

JAKARTA – Jika sahabat tani tinggal di pedesaan, pasti sudah tidak asing mendengar suara burung Kedasih. Ternyata, burung yang satu ini seringkali dikaitkan dengan banyak mitos menyeramkan yang beredar di masyarakat. Salah satu mitos yang beredar adalah, suara burung kedasih menjadi penanda akan adanya seseorang yang meninggal dunia. Menyeramkan sekali bukan?

Karena kepercayaan itulah, tidak banyak masyarakat yang ingin memelihara burung dengan nama latin Cuculus merulinus ini. Kehadiran burung kedasih dianggap akan membawa malapetaka bagi yang memeliharanya. Padahal, jika dilihat dari bentuk tubuh serta warna bulunya, burung kedasih memiliki ciri-ciri struktur tubuh yang cukup cantik.

Baca juga: Perhatikan Syarat Beli Hewan Qurban

Pemilik pupil berwarna hitam dan paruh yang cukup pendek ini, habitat aslinya berada di hutan dan pedesaan. Namun, tak jarang ia kerapkali dijumpai di wilayah perkotaan. Jenis kedasih sendiri ada beragam loh, diantaranya ada kedasih kelabu, kedasih hitam, dan kedasih uncuing. Burung kedasih atau bisa juga dikenal dengan sebutan burung Wiwik, termasuk dalam anggota suku burung Kangkok. Burung Kangkok sendiri banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Baca juga: Perhatikan Syarat Beli Hewan Qurban

Lalu, pada umumnya burung adalah hewan yang suka hidup berkelompok. Akan tetapi, berbeda dengan burung yang satu ini, sebab kedasih cenderung hidup sendiri. Burung yang memiliki panjang tubuh sekitar 20-23 centimeter ini, merupakan burung penyendiri dan sangat tangguh ketika sedang mencari makan.

Selain dianggap membawa malapetaka kematian, kedasih dikecam sebagai burung yang sadis dan licik. Hal ini karena kedasih selalu merebut sarang milik burung yang lain sebagai tempat menetaskan telur miliknya. Ia tidak pernah membuat sarang sendiri, melainkan dengan ganasnya ia akan mengambil alih sarang burung lain dan membuang telur yang sebelumnya ada di sarang tersebut. Licik sekali bukan, jangan ditiru ya sahabat tani. Burung ini termasuk salah satu satwa yang tidak memiliki sarang sendiri dan menjadi burung yang dianggap sebagai parasit bagi jenis burung lainnya. Perilaku ini dikenal dengan brood parasitism atau parasitisme anakan atau parasitisme sarang. Beberapa jenis burung yang biasa menjadi inang misalnya adalah Cipoh kacat, Remetuk laut, Kipasan belang, dan jenis-jenis Perenjak dan Cinenen.

Baca juga: Feromon Mampu Kendalikan Hama Kelapa

Pakar burung Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Yeni Aryani Mulyani mengatakan, padahal secara ekologi burung kedasih dapat menguntungkan bagi para petani. Sebagian besar jenis burung Kedasih adalah pemakan serangga bahkan berani memakan jenis-jenis ulat yang terlihat cukup mengerikan. Dengan demikian burung-burung kedasih bisa menjadi sahabat petani, yaitu dalam hal memakan serangga yang bisa menjadi hama.

Lebih lanjut Yeni mengatakan, biasanya burung-burung ini terdeteksi dari suaranya yang nyaring tetapi jarang terlihat, sehingga tidak mudah mempelajari jenis-jenis burung ini.

Related News