• 22 November 2024

“Si Jabres”, Sapi Berkemampuan Adaptasi Tinggi

uploads/news/2019/11/-si-jabres-sapi-berkemampuan-63057dc0f9164b9.jpg

Meski pakan terbatas karena musim kemarau, sapi ini mampu bertahan.

BREBES - Sapi lokal yang satu ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dengan lingkungan. Sapi tersebut berjuluk sapi Jabres yaitu singkatan dari Jawa Brebes dan seperti namanya, sapi ini tinggal di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pada musim kemarau, biasanya banyak peternak yang resah karena berkurangnya ketersediaan pakan berupa rumput.

Sapi lokal hasil persilangan ini memang belum banyak dikenal di kalangan peternak sapi di Indonesia. Namun, sapi jenis ini sekarang sedang dikembangkan di Brebes. Jika dilihat dari postur tubuh, sapi yang satu ini memang berbeda dengan jenis sapi lain. Ukuran badannya lebih kecil jika dibanding sapi jenis Simental, BX, dan PX. Meski terlihat kurang ‘menjual’ karena ukurannya yang kecil, akan tetapi sapi ini sebenarnya lebih menguntungkan jika dibudidayakan.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Brebes, Ismu Subroto menjelaskan, sapi Jabres memiliki keunggulan dibanding jenis sapi lain. Antara lain tahan (resisten) terhadap serangga dan tahan terhadap kondisi lingkungan. Meski pakan terbatas karena musim kemarau, sapi ini mampu bertahan. Struktur dagingnya padat dan sedikit lemak, memiliki kulit bagus, serta persentase karkas (tanpa kepala, kaki, jeroan) berkisar antara 45-50 persen.

“Sapi ini bisa beranak 13 kali selama hidup. Sementara jenis sapi lain di bawah sepuluh kali. Ini sangat menguntungkan jika diternak,” kata Ismu, Selasa (12/11) siang seperti melansir Detikcom.

Menurutnya, memelihara sapi ini memiliki risiko kematian yang kecil. Karena, dalam kondisi apa pun, hewan ini mampu bertahan hidup. Bahkan, dalam keadaan paceklik pakan dan minum air seperti saat musim kemarau. Secara anatomi, bobot hidup sapi betina dewasa sebesar 230-260 kilogram. Untuk jenis kelamin jantan, bobotnya lebih berat, yaitu 280-350 kilogram. Meski sapi ini tidak sebesar sapi jenis luar negeri, memiliki karkas yang hampir sama, yaitu 45-50 persen dari berat hidup.

“Jadi sebenarnya tidak beda dengan sapi sapi yang berasal dari luar negeri. Karkasnya selisih sedikit,” terangnya.

Dalam membudidayakan sapi Jabres, Brebes memiliki lahan yang cocok sebagai tempat budidaya. Lokasinya berada di Dukuh Maribaya, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu. Dengan lahan seluas 100 hektare, lahan tersebut merupakan lahan tandus yang tidak produktif untuk pertanian karena persediaan air sangat minim. Lahan ini terdapat padang rumput yang berguna untuk persediaan pakan sapi.

Rumput yang ditanam merupakan jenis Bracharia decumben (BD), Bracharia hemadicola (BH), rumput odot, king grass, dan star grass. Jenis rumput ini bisa tetap tumbuh meskipun dalam kondisi kemarau ekstrem. Selama empat tahun sejak 2015, DPKH Kabupaten Brebes mencoba membudidayakan sapi di lahan tersebut dan hasilnya cukup bagus. Sapi bibit yang semula 11 ekor, kini sudah berkembang biak menjadi 72 ekor.

“Pernah kami datangkan sapi Simental karena ukurannya yang jumbo, tapi ternyata tidak cocok dengan lahan ini. Karena di sini tandus dan minim air. Berbeda dengan sapi Jabres, malah berkembang biak pesat, bahkan dengan kondisi kemarau ekstrem,” ujar Ismu.

Budidaya sapi dengan sistem gembala di padang rumput ini, setidaknya dapat mengurangi biaya pakan. Peternak juga tidak perlu mencari rumput pakan dan tinggal melepas sapi ke ladang untuk mencari pakan sendiri.

“Ada aliran sungai di lokasi ini, tapi sangat kecil dan tidak cukup untuk kegiatan pertanian. Makanya kami manfaatkan aliran sungai kecil yang dialirkan ke ladang gembala,” sambungnya.

Ismu juga berharap jika ladang Maribaya tersebut bisa meniru kawasan peternakan sapi di Selandia Baru atau setidaknya seperti di Padang Mangatas, Sumatera Barat.

“Diharapkan peternakan gembala ini bisa menyuplai kebutuhan daging dengan harga yang murah,” tutupnya.

Related News