Hari Lingkungan di Mata Millenial
"Uni Eropa turut ambil bagian dengan melibatkan masyarakat umum khususnya anak muda dalam gerakan global Generation Restoration"
JAKARTA – Hari lingkungan sedunia jatuh padatanggal 5 Juni. Pada era ini, banyak cara yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk bisa turut andil dalam mempertahankan kelestarian lingkungan. Kontribusi generasi muda dalam isu lingkungan hidup sangat dibutuhkan mengingat mereka sebagai pemegang kendali dalam kehidupan bermasyarakat di masa depan.
Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bersama para pegiat dan ahli lingkungan hidup mengatakan pada 5 Juni menjadi momen publik khususnya anak muda berkontribusi positif untuk Bumi. "Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi pengingat kita untuk selalu menjaga kelestarian bumi. Uni Eropa turut ambil bagian dengan melibatkan masyarakat umum khususnya anak muda dalam gerakan global Generation Restoration," kata Konselor Pertama urusan Lingkungan, Aksi Iklim, Digital dari Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Henriette Faergemann, melalui keterangannya, Minggu.
Baca juga: Petani Millenial Itu Keren Loh
"Restorasi ekosistem dapat dimulai dimana saja. Kita perlu melibatkan banyak pihak untuk mengambil tindakan dan membuat pilihan cerdas sehingga mampu meningkatkan peran kita dalam memulihkan ekosistem," imbuhnya.
Hal tersebut disampaikan melalui bincang virtual “Memulihkan Ekosistem Bumi” yang diharapkan dapat membangun kesadaran publik yang lebih luas, akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, laut dan biodiversitas bagi pemulihan ekosistem bumi.
"Ekosistem yang sehat dapat mencegah kehancuran keanekaragaman hayati. Lingkungan yang terpelihara akan tetap menjadi sumber pangan dan mata pencaharian jika kita menjaga hubungan yang harmonis dengan alam," kata Faergemann.
Menambahkan, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono Prawiraatmadja mengatakan gerakan Generation Restoration untuk menggugah keterlibatan kaum muda dalam menjaga kelestarian alam. Salah satunya adalah melalui program restorasi dan ekosistem gambut serta rehabilitasi mangrove yang rusak.
Baca juga: Buah Delima, Si Kaya Antioksidan
Terkait topik sektor urban, Ketua Umum Bike to Work Poetoet Soedarjanto mendorong kebijakan untuk mewujudkan transportasi hijau. Sementara Ajeng Kartika Sari mewakili EMPU Sustainable Fashion sekaligus pendiri Lestari & Iconic Kid, menceritakan bahwa bahan pakaian pun turut andil dalam merusak ekosistem, karena itu kita harus pandai memilih bahan yang aman bagi lingkungan.
Musisi dan peneliti, Rara Sekar mengangkat isu pentingnya memanfaatkan lahan sempit di rumah untuk bercocok tanam atau dikenal dengan istilah urban farming, di tengah lingkungan perkotaan.
Dari sektor hutan dan pesisir, Direktur Program RARE Indonesia Hari Kushardanto menyampaikan bahwa makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh bagi ekosistem utamanya kelestarian laut, karena itu sangatlah penting untuk secara kontinu mengkampanyekan praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab.
Baca juga: Odot, Rahasia Pakan Domba Berkualitas
Sementara itu, Christian, Manajer Program Hutan Itu Indonesia, menekankan bahwa menjaga hutan menjadi bagian dari tugas kita sebagai masyarakat Indonesia; mengingat hutan hujan tropis di Indonesia berada di urutan ketiga sebagai yang terbesar di dunia, sehingga perlu berbagai upaya untuk bergerak bersama menjaga hutan Indonesia.
Dari sektor maritim, pendiri Seasoldier Nadine Chandrawinata menekankan kondisi laut yang memprihatinkan karena dipenuhi sampah plastik. "Para kaum muda khususnya harus terus berjuang mempertahankan Indonesia sebagai negara kelautan, agar bisa diakui sebagai negara yang bersih dan peduli pada sampah kita sendiri," kata Nadine.
Baca juga: Hiu Hantu, Penghuni Kedalaman Laut