• 23 November 2024

Regenerasi Petani Sejak Dini

uploads/news/2019/10/regenerasi-petani-sejak-dini-9212136edf1da39.jpg

Masalah regenerasi petani yang lambat coba dipecahkan Wiguna Jaelawijaya, petani muda sekaligus mahasiswa Universitas Janabadra Yogyakarta dengan pelatihan pertanian sejak dini.

 

YOGYAKARTA - Wiguna Jaelawijaya, petani muda sekaligus mahasiswa di Universitas Janabadra Yogyakarta yang sudah menekuni bidang pertanian sejak lima tahun yang lalu. Rasa prihatin pria 29 tahun ini terhadap minimnya generasi muda yang mau terjun ke dunia pertanian membuat hatinya tergerak.

Wiguna bersama dengan teman-temannya membentuk komunitas bernama Griya Farm Indonesia yang bergerak di bidang pertanian perkotaan dan pedesaan. Sebelumnya, Wiguna juga tergabung dalam komunitas Sahabat Pulau. Dari komunitas inilah ia mengenal pertanian. Selain itu, ia juga pernah mengikuti beberapa kali pelatihan mengenai pertanian dan hasilnya ia bagikan kepada masyarakat.

Kecintaannya terhadap dunia pertanian semakin bertambah saat Wiguna datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk membagikan ilmu dan pengalamannya kepada para petani. “Kecintaan saya terhadap pertanian tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Bagi saya materi itu tidak penting. Saya sudah bisa berbagi ilmu dan pengalaman ke masyarakat saya sudah senang,” katanya.

Wiguna juga mengaku jika ia suka terjun langsung ke masyarakat karena dapat mengetahui keluh kesah dan kendala petani secara langsung. Setelah itu, Wiguna akan berdiskusi dengan para petani untuk menemukan solusi terkait permasalahan yang dihadapi. Selain bergabung dengan komunitas pertanian, Wiguna juga rutin melakukan pendampingan dengan para petani atau orang yang ingin memulai budidaya pertanian.

Saat ini, Wiguna lebih banyak melakukan pendampingan pertanian perkotaan dengan cara teknik hidroponik. Karena Wiguna ingin mengubah pola pikir masyarakat jika pertanian tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Di daerah perkotaan dengan lahan yang sempit pun bercocok tanam sangat bisa dilakukan. Pendampingan yang ia lakukan pun menggunakan alat-alat sederhana seperti kotak styrofoam bekas buah dan botol air mineral.

Untuk pendampingan di pertanian pedesaan Wiguna lebih banyak berdiskusi dan menurutnya kebanyakan dari petani menanyakan masalah pupuk dan pestisida. “Kalau masalah tanah mereka sudah pintar. Jauh lebih tahu dulu dari pada saya. Saya hanya membagikan ilmu yang saya amati, saya pelajari, dan yang saya terapkan,” ujar Wiguna.

Untuk menjawab keluhan petani, Wiguna juga membuat bisnis di bidang pertanian yaitu pupuk dan pestisida yang multifungsi untuk mengusir jamur, bakteri sekaligus hama. Pupuknya juga terbuat dari bahan yang sederhana sehingga petani dapat dengan mudah membuat pupuk sendiri.

Saat ini, Wiguna sudah melakukan pendampingan di berbagai daerah di Yogyakarta, Magelang, Banjarnegara, dan Tasikmalaya. Petani pun memberikan respon positif terkait pendampingan yang dilakukan Wiguna. Mereka juga sangat terbuka hingga di salah satu daerah tetangganya meminta keberlanjutan hingga mendapatkan dana bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan pertanian.

Tidak hanya petani, Wiguna juga melakukan pendampingan dan pelatihan kepada anak muda. “Saya ingin mengajak anak muda untuk back to farming (kembali ke pertanian) agar ada regenerasi. Karena saat ini anak-anak yang kuliah di jurusan pertanian tidak semua suka bertani,” terangnya.

Wiguna juga mengaku jika ia sering mengenalkan pertanian kepada anak-anak Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar dengan cara yang menyenangkan. Karena, menurutnya di Griya Farm Indonesia terdapat fasilitas outbond yang biasanya digunakan untuk memperkenalkan tanaman, hama, hingga penyakit. Wiguna juga memberikan pendampingan di SMK Pertanian Magelang.

Dia juga mengenalkan bidang usaha pertanian dengan teknik hidroponik. Saat itulah Wiguna juga akan mengamati siswa yang tertarik dengan pertanian untuk diberikan bimbingan khusus hingga mereka bisa mandiri untuk memproduksi dan memasarkan hasil pertaniannya. Sebagai petani muda, Wiguna juga akan terus berinovasi untuk memajukan pertanian di Indonesia.

Related News