LIPI Pantau Terumbu Karang Batam
"Monitoring bertujuan untuk mengumpulkan data geospasial dan data kualitas air pada ekosistem pesisir terkini"
JAKARTA - Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dimana kuantitas dan kualitasnya sangat mengesankan. Disamping itu terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan, tempat berpijah dan tempat persembunyian biota laut lainnya.
Terumbu karang memiliki peran penting untuk ekosistem laut dan kehidupan manusia pada umumnya. Hasil sedimentasi kapur yang terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh biota laut tersebut merupakan tempat bernaung dan sumber makanan bagi krustasea, bulu babi, anemon laut, bintang laut, teripang, dan ikan-ikan kecil lainnya. Terumbu karang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sekitarnya, sehingga keasrian karang membutuhkan pengelolaan dan perhatian khusus.
Baca juga: KKP Ajak Investor Ekspor Udang
Pusat Penelitian Oseaografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Dinas Perikanan Bintan dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang melakukan pemantauan kesehatan karang atau Reef Health Monitoring 2021 di Batam, Kepulauan Riau. Monitoring dilakukan selama dua pekan, 27 Mei – 9 Juni 2021 di lokasi pemantauan yang tersebar pada 19 area untuk terumbu karang, sepuluh area Mangrove dan delapan area lamun antara Pulau Abang dan Pulau Karas. Terdapat 25 orang yang dibagi menjadi empat tim yaitu tim karang, tim lamun, tim mangrove, dan tim sosial-ekonomi. Sasaran utama penelitian tersebut adalah mengetahui informasi terkini terumbu karang, ikan karang, dan megabentos serta ekosistem sekitar karang seperti lamun dan mangrove.
“Monitoring di Batam ini merupakan kali kelima sejak 2015, dan sempat off di tahun 2019-2020. Dari data yang diambil dari tahun ke tahun tersebut, akan terlihat grafik kesehatan karang dan ekosistem terkait, apakah naik, turun, atau fluktuatif. Sehingga kita tahu tindakan apa yang dapat kita lakukan,” jelas Ucu Yanu Arbi, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang menjadi koordinator Reef Health Monitoring 2021 tersebut.
Baca juga: Mustika, Ikan Mas Tahan Penyakit
Monitoring juga bertujuan untuk mengumpulkan data geospasial dan data kualitas air pada ekosistem pesisir terkini. Data-data tersebut diambil dengan turun langsung dengan pemantauan dari bawah air dan pengambilan sampel. “Beberapa hari kami mengalami arus yang kuat dan air yang keruh. Untuk pemantauan ikan karang kami menggunakan metode Underwater Visual Census atau UVC di mana data jumlah ikan didapatkan dari apa yang kita lihat, sehingga air yang keruh dapat mempengaruhi hasil monitoring,” ucap Muin Sinaga, Kepala Seksi Pendampingan Unit Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bintan. Muin menjelaskan bahwa data-data yang didapatkan pada Reef Health Monitoring di Batam akan dijadikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah sebagai upaya pelestarian terumbu karang dan ekosistem yang terkait.
Peneliti UMRAH, Dedy Kurniawan, mengatakan bahwa dari monitoring yang dilakukan selama dua pekan tersebut menunjukkan jenis karang yang dominan ditemukan di Perairan Batam adalah kelompok karang non-Acropora yang berpolip besar dan tahan terhadap kondisi perairan bersedimentasi tinggi dan beratus. “umumnya ditemukan jenis Porites sp., Goniopora sp., Pavona sp., Fungia sp., dan Favites sp.,” rinci Dedy.
Baca juga: Budidaya Ikan Tawar Semakin Menggiurkan
Menyoal kondisi kesehatan karang di lokasi monitoring, secara garis besar Dedy mengatakan bahwa kondisi karang berada pada status sedang. “Secara keseluruhan kondisi tutupan karang hidup di perairan Pulau Abang dan Perairan Karas berada pada kondisi sedang, dengan kisaran tutupan karang hidup antara 20-40%,” jelas Dedy.
Data sosial-ekonomi juga diambil sebagai data pendukung penelitian Reef Health Monitoring tersebut. Tim sosial-ekonomi mengambil data dengan cara wawancara mendalam dan kuesioner dari penduduk di daerah sekitar pantai. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kewaspadaan masyarakat terkait pentingnya terumbu karang dan mengetahui pola konsumsi masyarakat terhadap ekosistem karang seperti teripang, bulu babi, dan kima.
Baca juga: Hiu Hantu, Penghuni Kedalaman Laut
Data yang diambil digunakan sebagai data pendukung tentang pengaruh masyarakat sekitar terhadap kesehatan karang, lantaran kegiatan sehari-hari penduduk sekitar pantai memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kesehatan karang. "Tujuan penelitian sosial-ekonomi ditujukan untuk mengetahui manfaat ekonomi terumbu karang bagi masyarakat, selain itu juga untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan terumbu karang," jelas dosen UMRAH, Khairunnisa.
“Dari hasil survey dan wawancara, penduduk menggunakan alat tangkap ramah lingkungan (tidak merusak karang), seperti pancing. Kita dapatkan informasi juga bahwa jika ada nelayan lain di luar Pulau Nguan yang mengambil ikan dengan alat tangkap yang merusak karang atau yg merusak karang scra langsung, maka akan ditindak oleh warga,” sambung Nisa menjelaskan tentang tingkat kewaspadaan masyarakat sekitar pantai terhadap keberlangsungan kesehatan karang.
Baca juga: Darurat, Pari Gergaji Terancam Punah