Greenhouse Andalan Cina Pasok Sayuran
"Melihat tren tidak dapat diubah sejak pandemi, konsumen membeli lebih banyak bahan makanan mereka secara online, dan menghabiskan lebih banyak untuk pilihan yang lebih sehat dan merek pertanian yang mereka percayai,"
Jakarta- Di Pulau Chongming tepatnya di Shanghai, para pekerja mengumpulkan tomat dan mentimun di rumah kaca yang digarap oleh perusahaan Belanda FoodVentures, berhasil panen perdana di bulan Mei.
Baca juga: Budidaya Melon Alisha Super Manis
Fasilitas ini salah satu dari puluhan yang tumbuh di pinggiran kota-kota besar China. Dengan memanfaatkan teknologi canggih untuk mengelola sistem irigasi, suhu, dan pencahayaan berguna untuk menanam sayuran dalam jangkauan yang mudah dari basis konsumen yang besar dan makmur.
"Ada tren menuju pasokan lebih berkelanjutan dan profesional," kata direktur FoodVentures, Dirk Aleven.
"Kami melihat akselerasi besar sejak (virus corona), bahkan lebih penting sekarang bahwa produk segar diproduksi di tempat di mana ia dikonsumsi. Sebelum itu, mereka diangkut sejauh ribuan kilometer, bahkan di dalam perbatasan Cina." Lanjutnya.
Baca juga: Pertanian Tangguh Di Masa Pandemi
Sejauh ini produsen sayuran terbesar di dunia adalah China. Dengan menggunakan rumah kaca selama beberapa dekade, namun kendala pasokan makanan yang disebabkan oleh virus corona pada tahun 2020 telah mempercepat pengembangan fasilitas rumah kaca berteknologi tinggi.
Untuk menghindari kendala di masa depan, pemerintah kota telah mengantisipasi dengan membangun cadangan bahan pokok kritis, dan mengembangkan fasilitas distribusi dan logistik. Kelas menengah yang tumbuh makmur, bersedia membayar lebih untuk makanan berkualitas tinggi yang diproduksi dengan lebih sedikit pestisida, ungkap pengembang rumah kaca.
Baca juga: Food Estate Sumsel Ciptakan Ekosistem
Area yang digunakan untuk rumah kaca tumbuh 28% pada tahun 2020, jauh di atas kenaikan 5,9% yang terlihat pada tahun 2019, dan lebih cepat dari pertumbuhan 6% yang terlihat tahun lalu di daerah perumahan rumah kaca plastik yang lebih murah.
Rumah kaca plastik membantu melindungi tanaman, tetapi dianggap kurang efisien daripada rumah kaca, yang dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dijual langsung ke pengecer, mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan tradisional.
"Kami melihat tren yang tidak dapat diubah sejak pandemi pada konsumen membeli lebih banyak bahan makanan mereka secara online, dan menghabiskan lebih banyak untuk pilihan yang lebih sehat dan merek pertanian yang mereka percayai," kata Lim Xin Yi, direktur eksekutif keberlanjutan di Pinduoduo, platform e-commerce terbesar di China oleh pengguna.
Sejarah mencatat, produksi sayuran Cina terkonsentrasi pada area tertentu dan membutuhkan jaringan logistik rantai dingin pada makanan untuk menjangkau pasar grosir kota-kota besar. Adanya rentetan sistem yang berpusat, menjadi jelas pada tahun 2020 sehingga mendatangkan wabah COVID-19 di pasar makanan laut di Wuhan. Sebagai penyebab sumber titik pandemi virus corona China serta di pasar segar utama Beijing terjadi kerusakan arus barang kepada konsumen, yang menyebabkan kekurangan makanan hingga kerusakan tanaman.
Baca juga: Bawang Putih Meroket Di Temanggung
"Tantangan terbesarnya adalah manusia, orang-orang yang memiliki pengetahuan untuk mengelola rumah kaca agar dapat menghasilkan sayuran berkualitas," terang Xu Dan, CEO operator rumah kaca Beijing HortiPolaris.
"Sebagian besar petani yang semakin tua dan cara produksinya yang tertinggal zaman, dapat tergantikan, namun banyaknya petani dalam jumlah besar tersebut benar-benar menjadi tantangan besar untuk mengedukasi." Tutupnya.