Beternak Murai, Ditawar Puluhan Juta
“Harga burung itu bisa tinggi, bisa rendah bisa sedang-sedang saja. Itu kan tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli,”
Tangerang – Salah satu hal menyenangkan dari beternak ialah menunggu hasil ternak. Baik sejak melahirkan maupun menetas, jika hewan ternak dipelihara dengan baik dan bisa diikut sertakan kontes, maka itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi seorang peternak. Namun, untuk hasil akhirnya juara atau tidak, itu tidak jadi patokan, karena balik lagi kepada sang Pencipta yang telah menentukan takdirnya bisa juara atau tidak.
Baca juga: Pembangunan Tambang, Korbankan Burung Endemi
Nugie Gremet, pengurus Gremet Bird Farm yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia perburungan. Pria berambut keriting ini menganggap bermain burung merupakan kebiasaan. Ia beternak burung murai batu untuk menghasilkan anakan burung kontes, yang harapannya bisa sama seperti indukannya. Baginya, untuk meraih juara saat kontes burung, tidak dibutuhkan keterampilan khusus, karena saat sudah dilapangan hasil akhirnya sudah direncanakan oleh Tuhan.
“Bisanya kita sebagai joki ternak sama joki perawat, hanya bisa mempersiapkan burung ini untuk lomba. Sampai dilapangan kita gantung, hasil akhirnya kalau buat saya pribadi, sudah saya serahkan ke juri sama Tuhan. Udah kita nggak bisa apa-apa lagi,” ungkapnya kepada Jagadtani.id, saat ditemui di Gremet Bird Farm yang berlokasi di Kelurahan Kreo, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Banten.
Baca juga: Strategi Kkp Serbu Pasar Tiongkok
Pria darah kelahiran asli Jawa ini mengaku sudah sejak tahun 90-an bermain burung. “Saya dari tahun 95 sudah main burung, sudah mengalami banyak hal dari kalahnya sering, menangnya juga pernah, tapi rasanya sama bagitu-begitu aja. Kalau sudah semingguan, hilang rasanya,” lanjutnya.
Nugie menjelaskan untuk harga burung murai hasil ternaknya bermacam. “Harga burung itu bisa tinggi, bisa rendah bisa sedang-sedang saja. Itu kan tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli. Kalau dari saya pribadi, pernah punya burung ditawar 15 juta pernah, di Tegal ditawar 25 juta pernah, sama di Cirebon ditawar 30 juta juga pernah. Jadi ya relatif harganya,” ucapnya.
Baca juga: Burung Kicau Termahal di Indonesia
Sebagai peternak, Nugie sangat menikmati pekerjaannya tersebut. Karena selain mendatangkan manfaat untuk dirinya tetapi juga untuk orang lain. Banyaknya relasi menjadi salah satu keuntungan dari beternak. Alasan lain yang membuatnya senang bermain burung adalah saat masa perawatannya.
“Kalau saya main burung senangnya itu saat menyiapkan burung. Dari 0 kita siapkan sampai benar-benar mateng terus ikut lomba dan dia (burung) bisa kerja, itu hati saya sudah senang. Langsung ada pikiran bisa kerja juga ni burung,” pungkasnya.
“Walaupun mau menang atau nggak, balik lagi ke juri dan Tuhan kan, sama rezeki kita juga. Kalau rezeki kita baik, Allah memudahkan in sha Allah juara,” tambahnya.
Baca juga: Rahasia Murai Cepat Gacor
Nugie mengaku bahwa banyak rintangan yang biasa dialami saat burung murai ingin mengikuti kontes. “Misalnya ada burung sampai lapangan, ya itu mood nya ilang, dibawa naik mobil nggak mau juga ada, ilang mood nya. Sampai lapangan bingung diem aja burungnya itu juga ada,” tuturnya.
Ia memberikan pesan kepada seluruh peternak burung khususnya kontes, untuk selalu belajar dan mencoba-coba. “Terus mencoba benar-benar diperhatiin, ya itu tadi ikhlas nggak boleh lemah. Apapun hasilnya kita harus pasrah sama Tuhan, belajar lagi. Karena di burung nggak ada masternya jadi harus terus belajar,” tutupnya.
Baca juga: Bercengkerama Dengan Murai Batu Medan