Panen dari Kebun Bawah Laut
"Selain 70 persen didunia ini didominasi oleh lautan, para peneliti mengatakan tumbuhan akan sulit untuk berkembang di daerah yang terlalu panas atau dingin. Di kemudian hari, hanya beberapa tempat saja yang memungkinkan untuk menjadi lahan pertanian yang optimal"
JAKARTA - Mungkin sebagian dari kita tidak percaya bahwa pertanian di masa depan kemungkinan besar dilakukan di bawah laut.
Ketika daratan sudah tidak lagi mendukung tanaman untuk tumbuh karena disebabkan akan banyak hal, manusia mulai memanfaatkan laut yang luas sebagai lahan pertanian. Mungkinkah itu semua?
Ternyata para peneliti tengah mengusahakan hal tersebut selama beberapa tahun belakangan. Hingga akhirnya sesuatu yang dulunya nampak mustahil seperti pertanian di bawah laut (underwater farm) ini benar-benar tercipta. Salah satunya diwujudkan oleh Nemo Garden. Nemo Garden disebut sebagai pertanian bawah laut pertama di dunia. Bahkan, Nemo Garden telah berhasil menghasilkan buah dan sayur dari hasil kebun bawah lautnya ini.
Nemo garden yang dibangun oleh Ocean Reef Group pada tahun 2012, membangun enam rumah kaca bawah air di lepas pantai Noli, Italia. Setelah menjalani proyek ini selama bertahun-tahun, mulai menghasilkan berbagai rempah seperti selasih, tomat, cukini, kacang-kacangan , kacang hijau, lidah buaya, jamur dan stroberi.
"Setiap tahun, kami menemukan aplikasi baru yang mungkin untuk biosfer," kata Gianni Fontanesi, koordinator proyek di Nemo's Garden, mengutip dari Euronews.
Baca juga : Tanaman-Tanaman Penghilang Stress Saat Pandemi
Sayangnya, proyek ini sempat mengalami kerusakan parah akibat badai pada Oktober 2019, ditambah dengan munculnya pandemi Covid-19 yang membuat adanya batasan dan mereka harus meninggalkan kebun selama berbulan-bulan. Hingga di tahun 2021, Nemo Garden kembali panen yaitu sayur selada dan buah stroberi.
Sahabat tani mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa bertani di bawah laut?
Ternyata, para peneliti memanfaatkan konsep dari biosphere, dimana mereka menciptakan sebuah lingkup ekosistem yang terlindungi oleh sebuah panel atau pagar. Mereka memanfatkan kedalaman laut untuk menumbuhkan tanaman. Kemudian, mereka membuat bangunan yang menyerupai bentuk bohlam dan nantinya, di dalam bangunan tersebut bisa ditumbuhi berbagai macam tumbuhan.
Untuk merawat tanaman di dalam bangunan dengan berbentuk bohlam ini pun disiasati dengan cara membuat panel luar dari bahan yang tembus cahaya. Nantinya, ketika siang hari udara di dalam biosfer akan menguap. Hasil uapan ini akan terhalang dinding sehingga air uapan tersebut akan menempel dan kemudian jatuh. Jumlah uap air yang menguap dan jatuh lagi lebih dari cukup untuk membuat tumbuhan tetap terpenuhi kebutuhannya, layaknya disirami oleh manusia.
Baca juga : Peternakan Sapi Apung Pertama Sedunia
Lalu, apa alasannya memilih laut sebagai penerus lahan pertanian?
Selain 70 persen didunia ini didominasi oleh lautan, para peneliti mengatakan tumbuhan akan sulit untuk berkembang di daerah yang terlalu panas atau dingin. Di kemudian hari, hanya beberapa tempat saja yang memungkinkan untuk menjadi lahan pertanian yang optimal. Sedangkan laut rata-rata memiliki suhu yang stabil. Siang dan malam pun bergantian dengan durasi yang normal dan dengan pertanian bawah laut terbebas dari gangguan seperti hama.