Arinal Siap Ubah Nasib Petani
Ia akan fokus dalam bertani yakni menanam jenis tanaman keras seperti pohon atau kayu, karena menurutnya hal tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi.
BOGOR - Masuknya pengusaha muda ke dalam susunan Dewan Pengurus Kabupaten (DPK) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Bogor, membawa angin segar bagi para petani di Bumi Tegar Beriman. Pengusaha muda tersebut ialah Arinal Gafur, pengusaha sukses di bidang kehutanan, sekaligus menjabat sebagai Bendahara DPK HKTI Kabupaten Bogor.
Menurut Arinal, sapaan akrabnya, nantinya ia akan membawa program yang ia lakukan sebelumnya di Sulawesi dan Kalimantan lewat perusahaannya dan berdampak besar terhadap para petani di sana. Hal itu akan ia terapkan di Bogor dengan penduduk 5,3 juta jiwa, dengan menyesuaikan karakteristik lokal, masyarakat, dan lahannya.
“Jadi pada intinya potensinya sangat terbuka, sangat luas dan memungkinkan. Tinggal bagaimana kita secara sistematis menyiapkan langkah strategis mencapai itu,” katanya.
Baca juga: DPK HKTI Siap Majukan Pertanian
Nantinya, ia akan fokus dalam bertani yakni menanam jenis tanaman keras seperti pohon atau kayu, karena menurutnya hal tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tetapi, kata dia, untuk jangka pendek pemenuhan hidup juga harus dipikirkan.
"Jangka menengah dan pendeknya seperti timpang sari melakukan penanaman hortikultura, itu juga harus dilakukan untuk menopang kebutuhan pangan," jelas dia.
Menurut pria yang memiliki sejumlah pabrik pengolah kayu itu, lahan yang tersedia di Bogor seperti lahan tidur atau tidak bertuan dan tidak terkelola sangat luas.
"Makanya kita akan inventarisasi segera," ungkapnya.
Selain itu, Kabupaten Bogor juga sangat cocok untuk ditanami tanaman keras seperti kayu. Karena menurutnya, salah satu provinsi yang punya iklim bagus untuk pertanian yaitu Provinsi Jawa Barat. Untuk melakukan perubahan besar tersebut, lanjutnya, para petani harus berpikir dari hulu ke hilir. Selain itu, perangkat infrastruktur juga harus disiapkan.
"Kita tidak mau ada segmen yang terputus, jadi HKTI dari hulu ke hilir harus berperan. Tadi kita katakan, bahwa ada problem tentang pasar dan segala macam, itulah fungsi peran segala lini. Jangan sampai, warga menanam tapi pasca panen tidak bisa menjual. Makanya khusus tanaman keras produknya perusahaan saya yang ambil," tegasnya.
Arinal menyebut, jika bicara pertanian dan perkebunan modern, sebenarnya dalam satu hektare tanaman keras bisa menghasilkan ratusan juta rupiah dalam satu periode tanam.
"Apalagi kalau tanaman keras bisa menghasilkan setengah miliar, asalkan dilakukan dengan teknologi yang tinggi, jadi paradigma atau mindset petaninya dulu yang harus kita rubah," ungkapnya.
Sebelum menanam, kata dia, semua infrastruktur dan pelatihannya akan siapkan dan untuk pelatihannya juga bukan pelatihan teori saja.
"Pelatihannya tidak teoritis tapi aplikatif, kita latih di lahan. Jadi ilmunya langsung bisa diserap," ujarnya.
Untuk progres wilayah garapan, lanjutnya, pada bulan November-Desember akan dilakukan inventarisasi, mulai ketersediaan lahan, sumber daya manusia, dan sumber daya tanah nya, serta lingkungan termasuk lintas sektoral.
"Kita putuskan dulu, nanti ada skala prioritas dari mana kita mulai, setelah jadi satu kesatuan baru kita action," bebernya.
Keuntungan bertani yang menguntungkan, dia mencontohkan, tanaman keras seperti pohon sengon, dalam satu hektare dengan perkebunan modern hanya memerlukan modal sekitar Rp32 juta per hektare untuk waktu delapan masa tanam.
"Hitungan kecil saja, jika menanam dalam satu hektare, masa tanam selama delapan tahun, masa panen akan jadi uang sekitar Rp400 juta. Tapi kalau pemupukan lebih maksimal akan lebih dari itu," pungkasnya. (FD)