• 22 November 2024

Untung Besar Bisnis Tanaman Porang

uploads/news/2021/08/untung-besar-bisnis-tanaman-56222dbb5146030.jpeg

"Dalam satu musim, Henry mengaku bisa mengekspor hingga 350 ton umbi porang. Dengan harga jual yang hanya Rp 7000 per kilogram, artinya petani porang akan meraup keuntungan sebanyak Rp 2 milyar setiap musimnya"

JAKARTA - Tanaman porang kembali menarik perhatian setelah beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menyebutkan tanaman jenis umbi ini diprediksi akan menjadi makanan pokok masa depan dan akan menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia.

Sebelumnya, pada 2019 porang pernah jadi perbincangan, ditandai dengan munculnya sejumlah petani porang yang meraup pendapatan cukup besar dari hasil budidayanya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, negara Jepang dan China menjadi negara yang banyak meminta ekspor tanaman porang. Nilai ekspornya ini bisa menyentuh ratusan juta rupiah.

Porang dikenal dengan nama yang berbeda-beda di beberapa daerah. Ada yang menyebutnya iles-iles, iles kuning acung atau acoan. Sekilas, tanaman porang juga mirip dengan suweg (Amorphophallus Campanulatus), iles-iles putih (Amorphophallus Spp), dan walur (Amorphophallus variabilis).

Baca juga : Porang, Makanan Pokok Masa Depan

Seperti tanaman umbi-umbi lain, porang juga mengandung karbohidrat, lemak, protein mineral, vitamin, kristal kalsium oksalat, alkaloid, dan serat pangan. Namun, glukomannan didalam porang menjadi kandungan paling tinggi dibandingkan tanaman umbi lainnya dan menjadi kandungan utama dari porang yang membuat tanaman anggota family Aracacea ini, dipilih sebagai bahan olahan makanan pokok.

“Ada dua kandungan porang yang menjadi kandungan utama dan paling diincar oleh pasar, yaitu 75 persen kandungan glukomannan yang digunakan untuk bahan pembuatan mie, beras, tahu dan 25 persen itu oksalat rasa gatal yang digunakan untuk obat, kosmetik dan sebagainya,” jelas Henry, salah satu petani porang di Desa Kepel, Kecamatan kare, Kabupaten Madiun, provinsi Jawa Timur, saat di wawancarai oleh reporter Jagadtani.id melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut, Henry mengatakan porang memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan menjadi budidaya tanaman yang menjanjikan. Apalagi, kata Henry, menanam porang sangatlah mudah bahkan bisa mendapatkan hasil yang melimpah.

“Saya juga dulu sempat berpikir, jadi petani itu apa sih yang bisa dimakan? Kemudian saya mencoba menanam, dari mulai menanam jagung, singkong, lengkeng, kemudian saya mencoba untuk menanam porang. Lalu, pada panen pertama, saya sangat kaget karena kok saya menanam benih porangnya sedikit namun hasilnya itu sangat banyak melimpah,” ungkap henry.

Baca juga : Kementan Garap 1000 Hektar Porang

Kata Henry, awalnya beberapa masyarakat menganggap tanaman porang hanya sebagai tanaman liar yang memiliki aroma tak sedap. Namun, persepsi tersebut berubah drastis sejak ada yang membuktikan potensi dari tanaman porang ditambah setelah diketahui porang memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi.

“Keunggulan menanam porang itu pertama, lebih mudah penanamannya. Lalu yang kedua, untuk penanam lagi kita tidak perlu beli benih lagi, karena setiap penanaman mengeluarkan bibit baru yang jumlahnya pun tidak sedikit,” katanya.

Henry menjelaskan, ketika menjelang masa panen umbi porang, dalam satu benih katak atau benih porang ini bisa dipanen hingga dua kali lebih banyak karena memiliki mata tunas yang bercabang. Dalam satu musim, Henry mengaku bisa mengekspor hingga 350 ton umbi porang. Dengan harga jual yang hanya Rp 7000 per kilogram, artinya petani porang akan meraup keuntungan sebanyak Rp 2 milyar setiap musimnya.

“Sekarang harga perkilo Rp 7000, sebentar lagi bisa jadi harganya naik juga. Karena sebelumnya porang itu pernah naik diangka Rp 12.000,” tutupnya.

Baca juga : Porang, Komoditas Andalan Petani Milenial

Related News