Sembuhkan Alam dengan Pertanian Organik
Pengusaha sukses asal Sleman mencoba menyembuhkan alam dengan pertanian organik.
SLEMAN - Penggunaan bahan-bahan organik sebenarnya bukan hal baru di bidang pertanian. Sebelum munculnya pupuk dan obat-obatan kimia, bisa dibilang semua kegiatan produksi pertanian menggunakan bahan-bahan organik. Ditambah, saat ini tren hidup sehat juga semakin berkembang. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk organik membuat petani urban mulai melahirkan kebun organik.
Salah satu kebun organik di tengah kota yaitu Dowa Kebun Organik yang berada di Jalan Godean, Klajuran, Sidokarto, Sleman. Kebun yang sudah berdiri sejak 2015 ini dikelola oleh Delia Murwi Hartini yang sukses menjadi pengusaha dari berbagai bisnis seperti tas dan restoran. Menurut Delia, kebun organik miliknya tersebut merupakan upaya dirinya untuk menyelamatkan dan menyembuhkan alam.
“Pada tahun 90an, lahan ini tempat bisnis mebel yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia. Tahun 2015 pimpinan kami merasa tergerak untuk membangun greenhouse di sini dengan tujuan menyembuhkan alam,” ujar koodinator kebun, Andre Kusworo.
Dalam kebun ini, berbagai tanaman dibudidayakan dalam tiga greenhouse, seperti cabai, tomat, dan bermacam-macam sayuran berumur pendek seperti bayam, selada, pokcoy. Semua tanaman yang dibudidayakan menggunakan juga menggunakan bahan-bahan yang alami. “Kami pakai daun-daun kering yang jatuh di halaman depan, kami kumpulkan dan diproduksi menjadi pupuk kering. Kami juga menggunakan pupuk cair dari buah-buahan,” kata Andre.
Selain itu, Dowa Kebun Organik juga menggunakan bahan alami untuk mengusir hama seperti bawang putih, daun sirsak, dan daun mimba. Untuk menghasilkan produk berkualitas juga harus melakukan perawatan yang maksimal. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap pagi dan sore. Seminggu dua kali tanaman juga diberikan pupuk cair organik.
Setelah panen pun tanah juga harus diolah sebelum dibuat bedengan. Bedengan sendiri dibuat agar membedakan jenis sayuran yang ditanam. Sang pemilik Dowa Kebun Organik juga memiliki restoran bernama Honje Resto. Saat ini semua produk yang dihasilkan oleh Dowa digunakan untuk memasok kebutuhan bahan-bahan makanan resto yang berada di Jalan Mangkubumi. Selain itu, masyarakat di sekitar kebun juga dapat membeli sayuran organik segar saat musim panen.
“Kalau ada sayur yang panen kami informasikan pada warga di sini yang sudah menjadi langganan. Biasanya mereka membeli bayam, selada, atau labu,” kata Andre.
Setiap satu minggu sekali, sayuran berusia pendek dapat dipastikan bisa dipanen. Dari 40 bedeng yang ada, biasanya sekali panen dapat menghabiskan tujuh hingga delapan bedeng. Biasanya, satu kilo bayam dihargai Rp15 ribu, sedangkan selada Rp20 ribu, dan labu madu seharga Rp30 ribu per kilonya. Menurut Andre, harganya memang sedikit lebih mahal dibandingkan sayuran pada umumnya. Namun, dari segi kualitas dan kesehatan sayuran, dapat dipastikan lebih bagu dibandingkan dengan sayuran yang ditanam dengan teknik non organik. (MK)