Berantas Hama dengan Pestisida Lerak
Lerak dapat digunakan sebagai biopestisida alami, sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.
BOGOR - Lerak, nama buah yang satu ini tidak asing bagi orang tua zaman dulu. Namun, namanya masih terdengar asing bagi generasi milenial. Lerak sendiri merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di Pulau Jawa, namun belum menjadi tanaman yang dibudidayakan secara khusus. Padahal, lerak dapat digunakan sebagai biopestisida alami, sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Hal inilah yang mendorong tiga mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (Faperta) untuk melakukan studi literatur dan mendapatkan manfaat lerak. Ketiga mahasiswi itu terdiri dari Novita Niken Putri Ulayyah, Dinar Nabila Rusydah, dan Lailatul Qodriyah Agne Verawati.
Baca juga: IPB Kebanjiran Penghargaan
Dalam keterangan tertulis IPB University belum lama ini, ketiga mahasiwi tersebut menemukan, jika buah lerak memiliki kandungan saponin sebagai metabolit sekunder yang berfungsi untuk mengurangi populasi keong emas yang banyak dikeluhkan oleh para petani padi. Alhasil, inovasi tersebut berhasil menyabet juara kedua dan best paper dalam Future Plan Competition, Indonesian Student Summiti 2019 yang diselenggarakan Universitas Brawijaya, Malang, akhir Oktober lalu.
“Kami awalnya tidak menyangka jika akan memenangkan kompetisi ini, karena ketika melihat judul-judul dari tim yang lain sangat bagus dan keren. Inovasi ini terinspirasi dari Mata Kuliah Tanaman Obat dan Aromatik (Tabotik). Pada mata kuliah itu saya belajar bahwa saponin mampu menjadi metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai sabun cuci. Berawal dari sana jadi semakin penasaran dengan buah lerak. Setelah melakukan studi literatur ternyata saponin berpotensi untuk membunuh hewan berdarah dingin. Jadi yang langsung teringat adalah keong mas,” jelas Niken.
Baca juga: Manisnya Criquet Food
Dalam riset ini, mereka melakukan proses pemisahan antara daging dan kulit buah lerak. Setelah itu, daging buahnya di-blender.
“Kalaupun dibuat menjadi bubuk bisa dibuat seperti simplisia, tapi aplikasinya harus tetap dalam larutan,” tambah Vera.
Sementara itu, Dinar menyampaikan harapannya agar inovasi mereka tersebut dapat diaplikasikan di lapangan, sehingga terdapat data untuk dipublikasikan.
“Kami berharap setelah generasi milenial diperkenalkan kembali dengan buah lerak ini, maka buah leraknya juga dimanfaatkan tidak hanya untuk detergent saja, namun juga dimanfaatkan untuk menekan pertumbuhan hama keong emas yang murah, serta menjadi salah satu peluang untuk dikomersialkan,” tutupnya.