Dampak Reklamasi Bagi Nelayan Kerang
“Ada atau tidak adanya reklamasi, kita tetap harus bertahan hidup. Jadi, mau gimana lagi. Ya jalani saja"
Usaha mereklamasi pantai saat ini mulai banyak bermunculan, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan perkotaan dan semakin sulit mencari lahan di daratan untuk kepentingan pembangunan. Pembangunan tersebut digunakan untuk pemukiman, bisnis maupun tempat rekreasi. Namun, pilihan itu menimbulkan kekhawatiran terjadinya negatif.
Reklamasi atau pembuatan daratan di Teluk Jakarta Utara masih menjadi polemik. Selain merusak lingkungan, kegiatan tersebut juga memperburuk kondisi ekonomi para nelayan. Terutama nelayan kerang hijau. Belum lagi para nelayan yang kehilangan harapan untuk mengubah situasi keluarganya.
Baca juga: Rahasia Agar Kerang Tetap Segar
Seperti Suhendra salah satunya, nelayan di Kamal Muara, Jakarta Utara ini sudah 20 tahun lebih menggantungkan hidupnya pada kerang hijau. Ia menceritakan seberapa besar dampak reklamasi bagi para nelayan.
“Dampaknya reklamasi untuk nelayan kerang itu sangat besar. Pertama, soal lahan. Lahan kami untuk ternak apung itu jadi berkurang karena dibuat pembangunan. Dan yang kedua, habitat untuk kerangnya sendiri jadi berkurang karena terlalu banyak pasir, ditambah lagi biasanya saya cari ikan itu menggunakan solar cuma lima liter sehari. Semenjak adanya reklamasi pulau itu, saya harus berputar agak jauh dan alhasil bahan bakar bertambah,” jelas Suhendra saat ditemui Jagadtani.id
Tidak hanya itu, bapak dua anak ini juga mengatakan akibat adanya pembangunan reklamasi itu, hasil tangkapan ikannya jadi berkurang. Sebab menurutnya air laut di sekitar pulau berkurang dan kerang yang seharusnya sudah terjaring olehnya di diperairan tidak lagi sebanyak dulu.
Baca juga: Untung Besar Budidaya Ikan Bubara
“Biasanya, saya dapat hasil tangkapan ikan itu bisa mencapai 20 karung per harinya. Sekarang jadi sulit sekali mendapat ikan sejak ada reklamasi. Hanya dapat paling banyak delapan karung,” ujarnya.
Meski begitu, reklamasi bukan hal yang menjadi penghalang untuk Suhendra mencari nafkah, hingga saat ini dirinya masih tetap turun ke laut setiap hari berburu kerang hijau untuk dijual ke para tengkulak.
“Ada atau tidak adanya reklamasi, kita tetap harus bertahan hidup. Jadi, mau gimana lagi. Ya jalani saja. Alhamdulillah sampai sekarang saya bisa beli kendaraan dan rumah, walaupun dulu sebelum ada reklamasi orang-orang di sini sejahtera semua, satu nelayan itu bisa punya 10 sampai 30 ternak apung,” jelasnya.
Baca juga: KKP Resmi Larang Ekspor Benur