Kopi Papua yang Digandrungi Mancanegara
"Jenis Typica ini termasuk kopi langka di dunia, dan dia hidupnya di ketinggian diatas 2400 - 3000 mdpl"
Kopi merupakan salah satu komoditas utama bagi sektor pertanian di Indonesia. Ditunjung oleh kondisi geografis berupa barisan pegunungan dengan ditopang oleh kesuburan tanahnya, maka kualitas kopi yang dihasilkan pun tak diragukan lagi. Tak heran jika kemudian nama Indonesia tersohor sebagai penghasil kopi yang berkualitas tinggi dan mampu menjuarai pelbagai kompetisi di tingkat Internasional. Selain itu Indonesia pun tercatat sebagai pemasok biji kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Vietnam dan Brasil.
Kekayaan alam Indonesia bukan lagi rahasia umum. Kini, banyak varietas kopi unggulan yang tersebar dipelbagai wilayah nusantara ini, salah satunya adalah kopi yang dihasilkan oleh para petani di Papua. Sahabat Tani pencinta kopi pasti sudah tidak asing mendengar macam-macam jenis kopi dari Papua. Mendengar orang menyebut kopi Papua, mungkin tak sepopuler dibanding orang menyebut kopi Gayo Aceh atau kopi Toraja. Tapi siapa sangka, kini kopi papua mulai ‘mengusik’ lidah penikmat kopi.
Baca juga: Melambung Tinggi Potensi Kopi Merapi
Kopi dari Pegunungan Bintang ini tidak biasa. Jika pada umumnya kopi arabika di Indonesia ditanam pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut (mdpl), petani kopi Pegunungan Bintang menanam kopi arabika pada ketinggian 2400 hingga 3000 mdpl.
Typica namanya, merupakan arabika terbaik di dunia. Typica adalah varietas kopi arabika tertua dan bapak dari kebanyakan varietas yang ada. Marhaendra Siswoutomo, kecintaannya terhadap kopi mengantarkannya bertemu dengan harta karun dari Pegunungan Bintang, Oksibil, Papua.
"Kopi ini jenisnya arabika tapi varietasnya typica, typica ini termasuk kopi langka di dunia, dan dia hidupnya di ketinggian diatas 2400 - 3000 mdpl. Rasanyanya lebih kompleks, seimbang jadi buat Sahabat Tani yang kurang suka pahit bisa minum atau kalau nggak suka terlalu masam bisa juga diolah sesuai, jadi bisa diseimbangkan," ujar Mahendra.
Baca juga: Tips Memanfaatkan Limbah Kulit Kopi
Inilah yang menjadikan kopi arabika Pegunungan Bintang berbeda dan berkualitas sempurna. Proses pematangan buah yang lama menjadikan zat gizi akan menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam. Kopi arabika mulai ditanam tahun 1950-an, benih kopi Arabika typica didatangkan langsung dari Dogiyai dengan pesawat kecil oleh misionaris Belanda.
"Dulu saya penelitian pariwisata di bukit bintang lalu saya menemukan kopi disana kopinya masih original, itu ditanam tahun 1952 oleh belanda kemudian belanda belum memberi tahu bahwa kopi itu bisa dinikmati jadi masyarakat sana tidak tahu lalu saya coba bawa ke Jogja saya coba roasting dengan teman-teman dan mereka mengatakan itu kopi spesial, akhrnya saya mendatangi beberapa lab untuk mengidentifikasi kopi ini dan 100% mengatakan itu jenis typica," Jelasnya.
Baca juga: Sensasi Kopi Campur Arang Panas
Kopi arabika Pegunungan Bintang ditanam oleh petani tradisional suku Mek dan Ok di Lopkop, Sabin, Distrik Okbab. Andaka, Distrik Okbibab serta Nangultil dan Distrik Kiwirok. Selain ditanam secara organik, spesialnya lagi, biji kopi dipanen secara manual. Selain itu, hasil panen kopi juga diproses secara manual dengan tangan manusia bukan mesin. Panasnya mesin pengolah kopi dapat menurunkan kualitas kopi. Kopi Pegunungan Bintang memiliki rasa khas yaitu citrus, berry, jeruk, fruity, sweet chocolate, sugar cane dan peach.