Menteri Edhy Siap Hapus Bottleneck
Ekspor raya produk perikanan ini merupakan hasil sinergi berbagai pihak yang saling bahu membahu demi keberlanjutan usaha sektor perikanan Indonesia.
SURABAYA - Industrialisasi sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu kebijakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Dalam rangka mendorong industrialisasi ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) bekerja sama dengan eksportir/unit pengolahan ikan (UPI), para pemangku kepentingan lainnya, dan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Jumat (22/11) menyelenggarakan Ekspor Raya Hasil Perikanan.
Mengusung tema “Ekspor Hasil Perikanan sebagai Pendorong Industri Perikanan”, kegiatan ini dilaksanakan secara serentak oleh 35 Unit Pelaksana Teknis (UPT) KIPM. Pelepasan ekspor raya ini dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dari Pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur. Turut hadir Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mewakili Menteri Keuangan, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Hasan Aminuddin, Kepala BKIPM Rina, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto.
Selain itu, hadir pula Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja, perwakilan Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, Karantina Pertanian, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Jawa Timur, Pengelola Portal Indonesia Nasional Single Window (PP INSW), Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Pariwisata, serta jajaran PT Pelindo III dan Pelabuhan Teluk Lamong.
Volume komoditi perikanan yang diekspor saat itu mencapai 20.151 ton (34,7% hasil budidaya dan 65,3% hasil tangkap) dengan nilai USD137,6 juta atau setara Rp1,79 triliun. Hasil perikanan tersebut berasal dari 238 UPI sejumlah 1.004 unit kontainer. Ekspor raya kali akan dikirim ke 43 negara dengan jenis komoditi rumput laut, tuna, tongkol, cakalang, rajungan, cumi, ikan terbang, surimi, kerang, kepiting, bawal, sidat, bekicot, paha kodok, kakap, kerapu, nila dan udang.
Secara lengkap, data ekspor di masing-masing pelabuhan disampaikan oleh Kepala UPT KIPM melalui video conference yang diwakili oleh delapan UPT, yaitu: BKIPM Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas; BKIPM Jakarta II – Pelabuhan Nizam Zachman Muara Baru; BKIPM Medan II – Pelabuhan Belawan; BKIPM Manado – Pelabuhan Bitung; BKIPM Bima - Pelabuhan Bima; Makassar - Pelabuhan Soekarno Hatta; BKIPM Banjarmasin - Pelabuhan Tri Sakti; dan BKIPM Ambon - Pelabuhan Ambon.
Sementara itu, di wilayah kerja Pelindo III, total produk perikanan yang diekspor sebanyak 456 kontainer dengan wilayah pelabuhan di antaranya: Surabaya (TTL dan TPS), Semarang (Tanjung Emas), Banjarmasin (Tri Sakti), Denpasar, dan Bima. Sebagai informasi, Pelabuhan Teluk Lamong merupakan pelabuhan pertama di Indonesia yang berkonsep green and smart port. Pelabuhan ini memiliki sistem operasional yang berbasis Information, Communication, and Technology (ICT) dengan peralatan berbasis otomasi.
Dengan infrastruktur modern, kapasitas yang besar, serta sistem operasional berbasis digital, pelabuhan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dan percepatan dalam pelayanan. Mengawali sambutannya, Menteri Edhy menyebut, ekspor raya produk perikanan ini merupakan hasil sinergi berbagai pihak yang saling bahu membahu demi keberlanjutan usaha sektor perikanan Indonesia. Sinergi diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan dan meningkatkan nilai tambahnya.
"Tidak ada, keberhasilan hari ini yang besar tanpa kerja sama semua pihak, terutama yang paling penting para pelaku usaha sektor perikanan baik budidaya maupun perikanan tangkap. Tanpa keberadaan Anda-anda semua pelaku usaha, upaya hari ini tak akan pernah ada,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Jumat (22/11) kemarin.
Menurutnya, para pelaku usaha merupakan ujung tombak perekonomian negara sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk melayani kebutuhan usaha mereka dengan baik. Salah satunya melalui penyederhanaan dan percepatan proses berbagai perizinan usaha.
“Tugas saya bagaimana melakukan upaya agar hal-hal yang buntu tidak terjadi, untuk melepaskan bottlenecking yang terjadi di mana-mana,” lanjutnya.
Menteri Edhy menilai, geliat industrialisasi sektor perikanan ini memang perlu didorong mengingat sektor perikanan berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Sebagaimana tercatat, kontribusi PDB Perikanan terhadap PDB Nasional menunjukkan peningkatan dari 2,32 persen pada tahun 2014 menjadi 2,60 persen pada 2018. Nilai PDB Perikanan triwulan-III 2019 naik menjadi Rp62,24 triliun dari Rp58,58 triliun pada periode yang sama di 2018. (BPS, 2019). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan pelaku usaha sektor perikanan.
Peningkatan PDB sektor perikanan ini merupakan dampak peningkatan produksi perikanan Indonesia. Pada 2015, produksi perikanan tangkap mencapai 6,67 juta ton senilai Rp120,6 triliun meningkat menjadi 7,25 juta ton dengan nilai Rp210,7 triliun di 2018. Sementara itu produksi perikanan budidaya sebesar 15,63 juta ton pada 2015 meningkat menjadi 17,25 juta ton di 2018 yang terdiri dari 6,88 juta ton ikan budidaya dan 10,37 juta ton rumput laut.
Kepala BKIPM Rina mengungkapkan, dalam rangka meningkatkan ekspor perikanan ini, salah satu tugas BKIPM adalah bertanggung jawab terhadap penjaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Hal ini dilakukan melalui pengendalian penerapan Cara Karantina Ikan yang baik (CKIB) di unit usaha pembudidaya ikan, penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) di unit pengolahan ikan (UPI), dan penerbitan Health Certificate (HC) sebagai jaminan bahwa produk yang diekspor sehat dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Dengan penjaminan ini, hasil perikanan Indonesia telah diterima 158 negara di dunia dan mampu bersaing di pasar internasional. Pasar utama produk perikanan Indonesia yaitu Amerika Serikat, serta berturut-turut diikuti oleh Tiongkok, Jepang, Malaysia, Taiwan, Thailand, Singapura, Vietnam, Italia, dan Hong Kong. Adapun komoditas utama ekspor hasil perikanan Indonesia antara lain udang, tuna dan jenis pelagis lainnya, cumi-cumi/gurita, rajungan, ikan demersal, tilapia, serta rumput laut.
“Ekspor hasil perikanan memperlihatkan peningkatan di setiap tahunnya. Pada triwulan III tahun 2019, ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 842.357 ton, dengan nilai sebesar USD3,52 miliar, di mana nilai tersebut meningkat sebesar 6,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018,” jelasnya.
Oleh karena itu, pemerintah terus menyempurnakan penerapan layanan berbasis single submission, single inspection, dan single profile melalui sinkronisasi dan harmonisasi data penerbitan Health Certificate dari BKIPM dengan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari Ditjen Bea dan Cukai. Sinergi ini dapat berjalan baik karena didukung oleh peran Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP-INSW) yang menyediakan layanan sistem elektronik yang terintegrasi.
“Semoga kegiatan Ekspor Raya Hasil Perikanan ini dapat menjadi momentum bagi kebangkitan industri kelautan dan perikanan serta sinergi secara bersama sama untuk memberikan layanan yang optimal guna mendukung peningkatan ekspor hasil perikanan Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi yang hadir mewakili Menteri Keuangan menyampaikan apresiasi kegiatan ekspor raya ini.
“Ini pastilah akan memperbaiki neraca perdagangan kita. Neraca perdagangan kita masih defisit sekitar USD1,9 juta. Dengan ekspor lebih dari 1.000 kontainer ini, mudah-mudahan bisa perbaiki sedikit demi sedikit neraca perdagangan yang pada akhirnya kita kembali kepada sebelumnya yaitu surplus,” ucapnya.
Menurut Heru, untuk memperkuat sinergi demi mendorong kegiatan ekspor, Kementerian Keuangan melalui DJBC dan INSW bersama KKP dan Kementerian Pertanian, telah menyepakati online single submission (OSS).
“Dengan single dokumen ini tidak perlu lagi impor atau ekspor mereka pergi ke kantor Bea Cukai satu, ke kantor karantina pertanian satu, karantina ikan satu, karantina hewan satu, dan seterusnya. Cukup mereka lakukan secara elektronik, kemudian semuanya akan langsung didistribusikan secara otomatis real time, tidak ada hambatan,” jelasnya.
Tak hanya itu, verifikasi dan analisis juga akan dilakukan melalui sinergi ketiga lembaga agar proses yang dilaksanakan lebih efektif dengan waktu yang lebih singkat. Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Hasan Aminuddin mengaku bangga atas berhasilnya Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya melaksanakan ekspor raya ini.
“Ada devisa negara di sana, ada kesejahteraan rakyat yang akan kita backup bersama-sama,” sebutnya.
Ia pun meminta selutuh kementerian/lembaga terkait untuk terus memperkuat koordinasi agar taraf hidup para pelaku usaha dan nelayan kecil di sekitar dapat meningkat.
“Saya ucapkan selamat dan saya bangga kepada segenap pengusaha. Semoga kekayaan yang dimiliki Indonesia, Jawa Timur pada khususnya dapat dimanfaatkan secara optimal,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam rangkaian kunjungan kerjanya tersebut, Menteri Edhy juga berkunjung ke Instalasi Karantina Puspa Agro dan Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Sidoarjo.