• 22 November 2024

Mengenal Opium, Tanaman Produksi Taliban

uploads/news/2021/10/mengenal-opium-tanaman-produksi-26504b24eef119b.jpg

Opium atau disebut juga sebagai bunga poppy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya lebih kurang satu meter.

Sahabat Tani pernah mendengar tanaman opium? seperti tanaman pada umumnya, terdapat bunga dan buah pada tanaman opium. Bunga opium memiliki tampilan yang sangat indah hingga beberapa spesiesnya dijadikan sebagai tanaman hias. Bunga opium bertangkai panjang disertai kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Buah dari tanaman ini bentuknya bulat berwarna hijau sebesar bola pingpong.

Tidak banyak yang membudidayakan bunga ini, karena tanaman opium dapat disuling menjadi bahan dasar untuk beberapa obat sangat adiktif, seperti heroin. Namun, budidaya bunga opium kembali meningkat di tahun-tahun terakhir di wilayah yang dikuasai Taliban.

Baca juga: Penyelundupan Narkoba pada Buah Delima

Menurut kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia. Panen opium di Afghanistan menyumbang lebih dari 80 persen pasokan dunia. Pertanian opium adalah sumber pekerjaan utama di Afghanistan, dan menurut survei opium UNODC Afghanistan, pada 2019 panen opium menyediakan hampir 120.000 pekerjaan. Dan keuntungan Taliban dari budidaya tanaman opium diperkirakan mencapai antara 100-400 juta dollar AS (Rp 1,4-5,8 triliun) setiap tahunnya.

Opium atau disebut juga sebagai bunga poppy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya lebih kurang satu meter. Daunnya jorong dengan tepi bergerigi. Uniknya, satu tangkai pada tanaman opium hanya terdiri dari satu bunga saja. Sedangkan untuk buahnya, buah opium yang dilukai dengan pisau sadap akan mengeluarkan getah kental berwarna putih. Setelah kering dan berubah warna menjadi warna cokelat, getah ini dipungut dan dipromosikan sebagai opium mentah. Nah, bila getahnya di ekstrak, maka akan menghasilkan morfin. Apabila morfin tersebut diekstrak lebih lanjut, akan menghasilkan heroin. Limbah ekstrasi ini sekiranya diolah lagi akan dijadikan narkotik murah seperti sabu.

“Morfin itu tergolong jenis narkotika tipe 1 yang dapat menimbulkan daya adiktifitas yang tinggi. Biasanya digunakan oleh dokter untuk mengobati nyeri hebat yang tidak membaik bila diberi obat anti nyeri. Dan, morfin ini tidak boleh dikonsumsi secara bebas,” ungkap Dr. Bima Perwirayuda, dokter umum, kepada Jagadtani.id melalui pesan singkat.

Baca juga: Panen di Bekas Ladang Ganja

Dahulu, opium sering digunakan sebagai obat-obatan, pelengkap acara ritual keagamaan, dan komoditi perdagangan. Opium telah lama dikenal oleh orang Jawa sejak berabad-abad lalu dan “candu” sebutan untuk opium yang telah dimasak dan siap untuk diisap. Satu dari 20 orang Jawa memiliki kebiasaan mengisap candu.

Lebih lanjut, pria yang bekerja di RS Ratih Kediri, Jawa Timur itu juga menjelaskan “kalau terlalu sering kena morfin bisa menyebabkan ketagihan. Sebaiknya di stop jika sudah terlanjur. Efek sampingnya biasanya berupa mengantuk, gatal, berkeringat, ruam dan kulit kemerahan, pusing dan sakit kepala, mual dan muntah, konstipasi, sulit buang air kecil, gangguan tidur, mulut terasa kering dan bahkan bisa mempengaruhi suasana hati. Kalau dikonsumsi terus menerus bisa mempengaruhi sistem saraf seperti obat narkotika lainnya,” jelas alumnus Universitas Brawijaya 2018 itu.

Baca juga: Mencari Alternatif Pengganti Kratom

Namun ada juga bunga poppy yang tidak menghasilkan narkotik. Di Indonesia, bunga poppy yang tidak menghasilkan narkotik banyak ditanam di kawasan pegunungan seperti Cipanas, Bandungan, Batu, dan Ijen.

Baca juga: Mengenal Waru India Bahan Bonsai

Related News