Kulon Progo Kembangkan Agrowisata Pesisir
Pengembangan agrowisata di kawasan pesisir selatan dilakukan untuk menangkap peluang peningkatan ekonomi petani dengan adanya bandara baru, Yogyakarta International Airport (YIA).
KULON PROGO - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewacanakan mengembangkan agrowisata di kawasan pesisir selatan untuk menangkap peluang peningkatan ekonomi petani dengan adanya bandara baru, Yogyakarta International Airport (YIA). Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Aris Nugraha mengatakan, pertanian lahan pasir yang terletak di sepanjang jalur jalan lintas selatan (JJLS) memiliki posisi strategis dengan adanya YIA yang diproyeksikan kedatangan 14 juta penumpang per tahun.
“JJLS merupakan salah satu akses jalan menuju bandara. Sehingga, rencananya akan kami kembangkan bersama kelompok dan petani, pertanian lahan pasir ini bisa menjadi agrowisata,” kata Aris melansir ANTARA, Sabtu (23/11) kemarin.
Lahan pasir yang berada di pesisir selatan Kulon Progo memiliki panjang sekitar 20 kilometer. Lahan pasir sendiri bisa menjadi sentra hortikultura, seperti semangka, melon, cabai, dan aneka sayuran. Selain itu, pesisir selatan juga dapat menjadi sentra budidaya tambak udang. Hal ini dapat dikembangkan dengan bagus dan sinergis, karena didukung pantai yang indah.
Aris mengatakan, ke depannya pertanian lahan pasir ini tidak hanya ditanami komoditas cabai, melon, semangka, kelengkeng, dan sayur-sayuran, tapi akan dikemas sebagai agrowisata. Agrowisata tersebut akan dipadukan dengan wisata pantai. Pengunjung atau wisatawan dapat memetik cabai dan aneka tanaman hortikultura lainnya sambil melihat pantai.
“Pengembangan wisata tidak muluk-muluk, nanti akan kami coba mengembangkannya dengan percontohan. Nanti akan kami tata dengan dibangun jalan usaha tani, disela-selanya ditanami dengan bunga-bunga mulai bunga matahari dan celosia. Nanti ditata sedemikian rupa dan dipromosikan menggunakan media sosial dan dibangun titik-titik swafoto,” jelasnya.
Menurutnya, pengembangan agrowisata tersebut memiliki nilai tambah sangat tinggi bagi petani. Ia mencontohkan, wisata yang sudah berjalan dan mampu mendongkrak ekonomi petani dan masyarakat sekitar, yaitu agrowisata Ngestiharjo di Kecamatan Wates. Mereka tetap menjalankan usaha tani, tapi ada nilai tambah lain dengan adanya agrowisata.
“Di sana ada lahan cabai yang dipadu dengan tanaman bunga dan disediakan tempat swafoto. Biaya pengelolaan dan biaya lain bisa ditanggung dengan adanya kunjungan wisatawan. Ini memang membutuhkan tahapan yang perlu adanya kerja sama yang bagus,” tuturnya.
Salah satu petani lahan pasir, Widodo, sangat mendukung rencana Dinas Pertanian dan Pangan tersebut. Menurutnya, agrowisata ini akan menjadi penggerak ekonomi petani, selain bertani tanaman hortikultura. Ia mengatakan, petani sudah berusaha dengan menanam bunga dan membuat titik swafoto, namun belum berjalan dengan baik.
“Semoga dengan adanya program Dinas Pertanian dan Pangan dapat mempercepat agrowisata yang dirintis petani,” harapnya.