• 21 November 2024

Kisah Marketing Bank jadi Peternak Domba

“Dan memang ternyata kebutuhan sate di puncak itu pun banyak sekali permintaannya. Ribuan ekor per hari. Permintaan Jabodetabek saja tidak bisa menutup. Satu tukang sate saja bisa satu atau dua ekor. Kebutuhannya banyak jadi pasarnya masih potensial, tinggal bagaimana kita mendekati pasar kita”

Kisah inspiratif datang dari Rizky Bayu Pradana. Pria yang akrab dipanggil Bayu ini adalah seorang marketing bank di salah satu bank Jakarta. Akibat tingkat stres dan tekanan yang cukup tinggi saat bekerja sebagai marketing bank, ia memutuskan beralih profesi menjadi peternak domba dan kambing.

“Dulu mah tanpa modal, hanya modal share broadcast. Awal-awal bisa dapat 15 ekor, kemudian tahun berikutnya nambah bisa saya jual 25 ekor, itu pun hanya bermodalkan kuota internet. Tahun ketiganya akhirnya saya memutuskan untuk membuat lapak sendiri yaitu tahun 2019 saat masih awal-awal pandemi. Modal nekat saja, dengan modal Rp 30 juta saya bikin lapak sendiri meskipun sudah mulai pandemi,” ujar Bayu saat ditemui jagadtani.id.

Baca juga: Keunggulan Kandang Domba Bahan Kayu

Bayu mencoba menjual kambing sebanyak 15 ekor, kemudian beralih menjadi 25 ekor, lalu 50 ekor, hingga berlanjut mendirikan lapak sendiri yang terdiri dari 300 ekor kambing dan domba. Berkat kegigihannya, kini Bayu berhasil mendirikan peternakan domba sendiri di Kampung Cikupa, Desa Sukaresmi, Kecamatan Suka Makmur, Bogor, Jawa Barat. Ada 200 lebih domba dan kambing yang ia budidayakan di kadang dengan nama Sumber Rachmat Rizky Farm itu.

Bermodalkan basic skill marketing yang dimiliki Bayu, ia memperluas jaringan penjualan dombanya. Ia bahkan menawarkan pembelian dengan potongan harga dan DP diawal agar konsumen lebih tertarik dengan penawaran yang ia berikan.

“Saat buka lapak apalagi saat idul adha yang memang momennya untuk ibadah, maka laku semua terjual kambing dan domba yang saya jual. Meskipun jual saat pandemi, alhamdulillah antusiasme warga masih ada karena memang kewajiban juga kan saat kurban,” pungkasnya.

Baca juga: Perbedaan Ternak Domba dengan Kambing

Dari keberhasilan Bayu menjual kambing dan domba saat idul adha, Bayu pun semakin mantap ingin membuka peternakan sendiri karena ia menilai pasar penjualan dan domba sangat potensial. Ia pun belajar secara otodidak seputar peternakan domba dan kambing.

“Dan memang ternyata kebutuhan sate di puncak itu pun banyak sekali permintaannya. Ribuan ekor per hari. Permintaan Jabodetabek saja tidak bisa menutup. Satu tukang sate saja bisa satu atau dua ekor. Kebutuhannya banyak jadi pasarnya masih potensial, tinggal bagaimana kita mendekati pasar kita,” ungkapnya.

Lika-liku menjadi peternak domba memang tidak semudah yang dibayangkan. Bayu juga mengakui bahwa dirinya sempat merasakan kerugian seratus bahkan dua ratus juta. Selam 3 bulan, dirinya mengaku kewalahan mengatur manajemen pembelian domba yang saat itu ia beli dengan harga yang kurang memadai.

Baca juga: Domba Gemuk dengan Pemberian Konsentrat

“Kewalahan dengan biaya tak terduga, biaya operasional. Pelajaran untuk saya kedepannya. Ruginya bisa mencapai seratus juta bahkan sepertinya lebih, manajemen operasional atau kandangnya yang belum saya kuasai tapi tidak apa apa, pembelajaran untuk saya,” tegas bapak satu anak itu.

Meski demikian, Bayu tidak pernah menyerah dengan kerugian yang pernah dialaminya, ia yakin bahwa beternak domba memiliki peluang untung yang cukup besar.

“Setelah melewati fase tersebut, tetap saya lanjutkan karena kan saya sudah memulai usaha ini, sudah membuat kandang sebesar ini. Kalau saya berhenti, lalu memulai usaha lain, saya mulai dari nol lagi. Mungkin ini sudah di tengah-tengah kandang, saya hanya perlu naik lagi,” tutupnya.

Baca juga: Etawa, Modal Kecil Untung Berlimpah

Related News