• 17 May 2024

Ikan Paus, Si Penyelamat Bumi

uploads/news/2019/11/ikan-paus-si-penyelamat-3239372d72aeab6.jpg

“Tubuh ikan paus dapat menyerap karbon yang memanaskan iklim selama mereka hidup.”

WASHINGTON D.C. - Mungkin sahabat tani tidak menyangka, jika tubuh ikan paus dapat menyerap karbon yang memanaskan iklim selama mereka hidup. Itulah mengapa Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan hewan mamalia tersebut memiliki nilai sekitar USD2 juta atau sekitar Rp28 miliar. Alasan kenapa mereka bernilai besar karena, menurut peneliti IMF, mampu menyingkirkan karbon dari atmosfer.

Melansir dari Vice, karbon bahkan dapat terserap ke dalam bangkai paus di dasar laut-selama berabad-abad. Dalam majalah IMF edisi Desember tahun lalu, peneliti menyamakan upaya pengembalian populasi paus seperti sediakala dengan penanaman empat hutan hujan Amazon.

“Paus adalah barang publik internasional,” kata Ralph Chami, penulis utama IMF kepada National Geographic belum lama ini di Washington D.C., Amerika Serikat.

Paus juga membantu makhluk laut lain untuk melakukan hal serupa. Kotoran paus memelihara organisme kecil bernama fitoplankton yang menghasilkan setengah oksigen. Jadi, tugas mereka tak hanya membersihkan karbon saja. Paus juga memakan krill, yang memakan fitoplankton. Karena itu, IMF pun berpendapat jika manusia perlu melestarikan siklus tersebut.

Dengan memberikan nilai yang besar, pembuat kebijakan diharapkan IMF mulai menghitung laba atas investasi mereka untuk membuat peraturan yang melindungi paus. Sebelum perburuan paus marak seperti sekarang, ada sekitar empat hingga lima juta paus di lautan. Mereka menjadi hewan buruan karena minyaknya merupakan bahan bakar terbaik. Ilmuwan memperkirakan saat ini hanya ada sekitar 1,3 juta paus. Banyak langkah yang diambil untuk menyelamatkan Bumi dari kerusakan yang lebih parah.

Para peneliti mempelajari keefektifan penyemprotan partikel kecil ke lapisan atmosfer atas dalam memantulkan kembali sinar matahari ke ruang angkasa. Ada juga yang ingin merangsang pertumbuhan fitoplankton dengan membuang besi ke lautan. Masalahnya, langkah-langkah tersebut bukan tanpa risiko dan belum diketahui efek riaknya seperti apa. Paus takkan merusak lingkungan jika jumlah populasinya ditingkatkan.

“Alam memiliki teknologi penyerap karbon terbaik nan alami. Maka dari itu, kita perlu melestarikan paus,” ujar Chami.

Related News