“Kalau patah tulang pasti lah ya. Biasanya korban tabrak lari itu, akan berpengaruh di fisiknya. Rata-rata memang patah tulang. Ada yang harus amputasi, ada juga yang akhirnya jalannya tidak normal. Ada juga yang sarafnya terganggu jadi jalannya seperti goyang-goyang”
Bagi para kucing liar yang hidup di jalanan, setiap hari adalah perjuangan untuk bisa bertahan hidup. Tidak sedikit kucing-kucing liar tersebut menanggung hal-hal yang berat, mulai dari perlakuan fisik, sampai terkena penyakit.
Dita, salah satu pencinta kucing dan pendiri Rumah Kucing Parung, tidak tega melihat hal menyedihkan tersebut. Hatinya seolah teriris melihat banyaknya kucing yang tak berdaya dan ia pun me-rescue ratusan kucing liar di daerah Parung. Ia bahkan mengungkap banyaknya kisah pilu yang dirasakan oleh kucing-kucing yang ia rescue. Ada yang mengalami kecacatan fisik, ada juga yang berjuang melawan penyakit mematikan.
“Yang terkena penyakit kanker pun biasanya pertama terlihat seperti luka, tapi ternyata setelah di periksa lebih lanjut, ternyata dia tidak hanya sekedar luka, melainkan terkena penyakit kanker, dan kanker ini tidak ada obatnya. Hanya butuh penanganan penuh dari dokter dan selebihnya, kita biarkan mereka hidup sekuat tubuh mereka mampu bertahan,” tutur Dita, saat ditemui Jagad Tani di Rumah Kucing Parung yang berlokasi di Jalan Pasir Naga, RT 01/RW 07, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Dita Sang Penolong Kucing Liar
Dita menceritakan, bahkan banyak sekali perlakuan manusia yang membuat kucing liar mengalami kecacatan fisik hingga patah tulang. “Kalau patah tulang pasti lah ya. Biasanya korban tabrak lari itu, akan berpengaruh di fisiknya. Rata-rata memang patah tulang. Ada yang harus amputasi, ada juga yang akhirnya jalannya tidak normal. Ada juga yang sarafnya terganggu jadi jalannya seperti goyang-goyang,” ungkapnya.
Untuk menangani hal tersebut, Dita tetap berkonsultasi dengan dokter hewan mengenai cara perawatan bagi kucing-kucing yang sakit. Sebelum kucing terlantar ia bawa ke Rumah Kucing Parung miliknya, Dita akan memastikan bahwa kucing yang ia tolong mampu bertahan hidup di shelter. Semua kucing-kucing tersebut tetap di pantau oleh dokter.
“Saya lakukan semaksimal saya. Bagi saya kucing itu seperti memberi harapan. Ketika dia sudah jauh membaik, saya yang sudah punya harapan besar dengan kondisi dia yang sudah di rawat dari semenjak dia bermasalah, di rescue, kemudian jadi sehat kembali,” tutur Dita.
Baca juga: Demi Menyelamatkan Kucing Terlantar
Dita mengatakan, dirinya bersyukur bahwa kucing-kucing yang ia rawat masih dapat kesempatan untuk mendapat kasih sayang daripada harus terlantar di jalanan. Katanya, ibu dari tiga anak itu tetap berusaha menyelamatkan kucing-kucing bernasib menyedihkan itu untuk bisa hidup lebih lama. Meskipun kata Dita, nyawa telah ada yang mengatur, ia akan ikhlas bila memang sudah saatnya kucing-kucing tersebut harus ‘pergi’.
Baca juga: Stop Penganiayaan Kucing Terlantar
“Selama saya selalu berusaha untuk mereka, saya tidak ada penyesalan sama sekali seandainya memang sudah waktunya dia pergi atau mati. Saya bersyukur karena masih ada kesempatan untuk bisa merawat mereka. Karena tidak jarang, ada kucing yang tadinya sudah terlihat sehat, tiba-tiba dia drop dan akhirnya tidak bernyawa kembali,” tutupnya.
Baca juga: Cukupi Nutrisi Kucing Kesayanganmu