“Pohon Eboni dijadikan sebagai bahan untuk membuat piano. Tuts piano yang berwarna hitam terbuat dari kayu eboni, kalau yang putih dari gading gajah. Dan pohon eboni ini termasuk pohon yang sangat mahal sekali harganya. Semakin langka, dia semakin mahal”
Sahabat Tani suka memainkan alat musik? Salah satu alat musik yang banyak digemari adalah piano. Namun ternyata, piano yang sering Sahabat Tani mainkan, terbuat dari salah satu pohon langka di Indonesia, yaitu pohon Eboni.
Menurut Prof. Dr. Hendra Gunawan, Ph.D, Peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kayu hitam dari pohon eboni sering dijadikan sebagai bahan pembuatan tuts piano.
“Pohon eboni dijadikan sebagai bahan untuk membuat piano. Tuts piano yang berwarna hitam terbuat dari kayu eboni, kalau yang putih dari gading gajah. Dan pohon eboni ini termasuk pohon yang sangat mahal sekali harganya. Semakin langka, dia semakin mahal,” ungkapnya kepada Jagad Tani saat ditemui di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Melihat Untung Bisnis Pohon Pule
Eboni merupakan endemik Indonesia. Pohon asli Sulawesi ini, dikenal sebagai eboni makassar. Eboni Indonesia atau Diospyros celebica adalah pohon berbunga yang dapat tumbuh hingga 40 meter. Karakter pohon ini memiliki diameter batang yang besar, diperkirakan ukuran batangnya yang paling kecil mencapai 1 meter.
Kayu eboni hitam dikenal memiliki kualitas yang sangat baik, oleh sebab itu, masyarakat memanfaatkan kayu ini untuk pembuatan piano. Daerah penyebaran alami kayu eboni dan penyumbang ekspor terbanyak berasal dari wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Jangkauan ekspor telah meliputi banyak titik-titik di luar negeri terutama di Jepang dan negara- negara Eropa.
Harga pohon kayu eboni bisa mencapai Rp 30 juta per meter kubik di pasaran internasional, sedangkan di Indonesia sendiri, pohon dengan kayu eboni berkualitas bisa mencapai Rp 6 - 10 juta per meter kubik. Harga kayu eboni yang tinggi memang menjadikannya ladang emas bagi industri illegal logging yang masih marak di beberapa daerah di Indonesia.
Baca juga: 5 Tempat Agrowisata Wajib Dikunjungi
Pada awalnya, tuts putih piano dibuat dengan menggunakan bahan ivory (gading gajah), sedangkan untuk tuts hitam, menggunakan bahan eboni (kayu hitam). Seiring berjalannya waktu, karena produksi ivory mengancam populasi gajah, dan kayu hitam keberadaannya sangat langka, maka diganti oleh material yang berbahan dasar plastik ivorite dan ebonite.
“Karena sudah sangat langka, maka sudah tidak boleh ditebang lagi dan sudah dilarang untuk diperjualbelikan, dan sudah jarang yang memakai kayu eboni ini untuk pembuatan piano. Untuk itu, di hutan penelitian Dramaga, kami jadikan pohon eboni sebagai salah satu pohon pelestarian disini,” jelas Hendra.
Uniknya, pohon ini memiliki warna yang tidak teratur dengan guratan dan bercak yang acak. Warna cokelat kemerah-merahan dan hitam mendominasi kayu ini disertai strip hitam yang lebar. Tekstur kayu eboni hitam terasa halus, disertai dengan serat kayunya lurus. Tanpa polesan mesin, permukaan kayu eboni hitam terasa licin. Umur pohon kayu eboni hitam cukup panjang, dapat hidup hingga 100 tahun lamanya jika dipelihara dan dirawat sebaik mungkin.
Baca juga: Sensasi Rumah Pohon Pulau Leebong