Rahasia Budidaya Jeruk Kepruk Tejakula
Kunci sukses usaha budidaya jeruk tidak hanya bergantung pada bibit unggul.
BULELENG - Adakah sahabat tani yang pernah memakan jeruk keprok tejakula? Kini jeruk tersebut kembali dibudidayakan di Dusun Delod Margi, Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Citarasanya yang khas, warnanya yang menarik, serta memiliki nilai ekonomi tinggi dan digemari oleh masyarakat. Jadi tak heran, jika jeruk keprok tejakula menjadi komoditas buah unggulan nasional.
Namun, kunci sukses usaha budidaya jeruk tidak hanya bergantung pada bibit unggul. Tetapi juga dipengaruhi oleh teknik budidaya, mulai dari pemilihan lokasi, penyiapan lahan, dan pemeliharaan tanaman. Apalagi, jeruk keprok tejakula di Dusun Delod Margi beberapa kali gagal dibudidayakan karena terkena serangan virus Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD), yang disebabkan kondisi lahan yang kurang memadai. Putu Oka Sastra, pembudidaya jeruk keprok tejakula menjelaskan, kunci sukses budidaya jeruk tersebut yaitu dengan menggunakan konsep budidaya yang sehat.
Misalnya, jenis tanah, apabila lahan yang digunakan merupakan tanah liat dan tanah lempung berpasir, maka areal tanaman harus ditambahkan pupuk organik lebih banyak. Karena, tanah yang baik untuk tanaman jeruk berasal dari endapan yang subur, cukup dalam, dan tidak beragam. Walaupun tanaman jeruk dapat ditanam di tanah berat, tapi lebih baik bila ditanam di tanah ringan sampai sedang, yang peredaran udaranya cukup baik, gembur, dan cukup bahan organik
“Misalnya hasil pembersihan lahan dan dan pohon jeruk bisa kita taruh di sekitar pohon ditambahkan pupuk kandang, misalnya kotoran sapi,” jelasnya seperti melansir Bisnis Bali, belum lama ini.
Selain itu, budidaya sehat yang ia terapkan selanjutnya yaitu mengetahui track record lahan yang akan ditanami sebelum menanam jeruk. Karena, menurutnya, untuk tanaman jeruk ini, lahan yang bisa digunakan haruslah belum pernah ditanami jeruk minimal lima tahun. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor munculnya virus CVPD. Seperti hanya di lahan yang ia gunakan untuk budidaya jeruk keprok tejakula ini, terakhir lahan tersebut ditanami jeruk pada 1985 dan pihaknya mulai menanam jeruk tersebut pada 2013 silam.
“Sejauh ini di usia tanaman yang sudah memasuki usia enam tahun, virus itu tidak muncul. Karena itu, lahan harus benar-benar dinetralisir dari jeruk minimal lima tahun bahkan lebih,” katanya.
Selain lahan, tanaman jeruk varietas tejakula ini akan tumbuh subur apabila dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut (mdpl). Karena, hal tersebut akan mempengaruhi fisiologis tanaman jeruk keprok tejakula.
“Tidak ada perlakuan istimewa untuk jeruk keprok tejakula, yang istimewa dengan citarasanya ini. Yang penting, kita mengetahui bagaimana kesiapan lahan itu sendiri, bukan dari bibitnya saja,” tutupnya.