Langkah Kementan Antisipasi Dampak La Nina
Sesuai dengan perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan akan mengalami peningkatan hingga Januari- Februari 2022. Sesuai keadaan tersebut, diprediksi La Nina tahun ini akan berdampak sama seperti tahun sebelumnya.
Tentunya penanganan wajib dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) demi mengamankan tanam padi seluas 8,3 juta ha. Langkah awal dengan melakukan pendeteksi dini agar dapat mengetahui langkah yang harus dilakukan.
Seperti yang dilansir dari laman Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengingatkan adaptasi dan mitigasi perubahan Iklim harus segera dilakukan. Mentan mengharapkan kepada Balingtan untuk membuat rekomendasi teknologi pertanian yang tepat.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan Suwandi mengatakan, “Sektor pertanian memang paling rawan terkena dampak La Nina. Untuk mengatasinya, Kementan berupaya untuk meminimalisir sebagaimana konsepnya Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo), setiap puso harus dikompensasi di tempat lain. Juga setelah banjir selesai harus tanam lagi,”
Namun agar tepat sasaran, Suwandi mengatakan ada beberapa strategi dan langkah antisipasi La-Nina yang harus dilakukan terdiri dari:
Pertama - Update mapping wilayah rawan banjir dan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan.
Kedua - Meningkatkan Early warning system dan rutin memantau informasi BMKG.
Ketiga - Kesiap-siagaan Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsin & Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling.
Keempat - Pompanisasi in-out dari sawah, rehab jaringan irigasi tersier/kwarter.
Kelima - Menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang, dll.
Keenam - Menggunakan asuransi usaha tani padi dan/bantuan benih gratis bagi puso.
Ketujuh - Kompensasi luas tanam di daerah lain atau yang tidak terkena La Nina.
Kedelapan - Mengantisipasi panen raya saat hujan dengan alsin panen dan pasca panen dengan kostraling dryer, RMU, silo dll).
Dukungan yang telah disiapkan oleh Kementan meliputi penyediaan embung yang dapat dimanfaatkan pada tahun 2021 sebanyak 400 unit, fasilitasi AUTP dengan alokasi seluas 1 juta hektar tahun 2022, bantuan benih saat kejadian bencana alam (force majeure), kompensasi luas tanam bagi lahan yang terdampak banjir, serta optimalisasi alsin panen dan pasca panen (kostraling dryer, RMU, silo dll).
Walau demikian, Suwandi memastikan kondisi stok pangan aman dan lebih dari cukup bila Indonesia terkena dampak La Nina. Hal ini sesuai dengan rilis BPS bahwa produksi padi 2021 diperkiraan 55,27 juta ton GKG lebih tinggi 620 ribu ton GKG dibanding 2020.