• 19 April 2024

Pupuk Cair Organik Serat Alam

uploads/news/2019/10/pupuk-cair-organik-serat-467390d2433490d.jpg

Selama ini manusia terlalu sering mengkonsumsi makanan yang tidak alami. Dengan pupuk cair buatan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tirta Gempita Dusun Tompak, Desa Giritirto, Purwosari, Gunungkidul, manusia kini bisa mengkonsumsi makanan dari tumbuhan yang sehat

 

GUNUNGKIDUL - Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tirta Gempita yang berada di Dusun Tompak, Desa Giritirto, Purwosari, Gunungkidul, berhasil membuat pupuk cair yang diberi nama SAO. Pupuk cair yang telah diujicoba selama satu tahun ini menggunakan serat alam organik yang bisa berfungsi sebagai pestisida, fungisida, hormon, perekat, dan masih banyak lagi.

Anom L.J, petani muda Gunungkidul yang juga merupakan peneliti dan pembuat pupuk mengatakan jika lewat produk SAO, mereka juga melakukan kampanye “dari alam kembali ke alam.” Lewat SAO, KUB berharap manusia dapat mengkonsumsi makanan dari tumbuhan yang sehat.

Menurut Anom, saat ini manusia terlalu sering mengkonsumsi makanan yang tidak alami. Akibatnya, pertumbuhan manusia menjadi kurang baik. Selain itu, banyak tanaman yang masa tanamnya dipersingkat, sehingga menyebabkan manusia mudah terserang penyakit.

Latar belakang itulah yang membuat mereka tergerak untuk membuat produk yang menggunakan serat alam yang berasal dari bumi, seperti serat tumbuhan, serat laut, serat hutan, dan serat fosil. Lalu ada air liur kelelawar, air liur burung walet, madu dan sarangnya, belerang, campuran herbal dan rempah-rempah, tanah merah dari dasar bumi, dan rumput laut super.

“Ini buat ramah langkungan, bisa dikonsumsi sama ikan,” kata Anom mengenai manfaat rumput laut super.

Selain itu, mereka juga menggunakan unsur fosfat dari guano murni, yaitu tanah dari lapisan paling bawah yang belum terjamah. Kandungan fosfat dari tanah tersebut yang digunakan sebagai bahan pupuk. “Itu untuk menyuburkan tanah,” ujar Anom mengenai manfaat unsur fosfat.

Ada juga bahan dari biang kapur. Biang kapur sendiri bukanlah kapur, melainkan sumber nutrisi yang tersimpan di bawah kapur. Menurut Anom, manfaat biang kapur yaitu untuk memfungsikan tanah yang mati.

Semua bahan yang digunakan langsung diambil dari sumber utamanya, yaitu alam. Sebelum digunakan, para pemuda tani ini terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap sumber utama bahan, pengecekan kandungan setiap bahan, dan diujicoba di laboratorium.

Pembuatan pupuk dimulai dengan mencampurkan beberapa unsur bahan ke dalam botol. Kemudian, diproses dengan cara dipanaskan dengan sinar matahari selama sehari hingga terjadi perubahan warna. Perubahan warna sendiri menunjukkan perubahan campuran unsur menjadi satu senyawa.

Hasil proses tersebut kemudian akan digabungkan dengan hasil senyawa yang lain untuk dijadikan sesuai dengan kebutuhan petani. Sasaran utama pupuk SAO sendiri bukanlah tanaman, melainkan tanah. Pupuk yang diproduksi bermanfaat untuk tanah, akar, batang, daun, hingga ke hasil panen. “Ke tanaman itu nomor dua setelah tanah,” ungkapnya.

Kepala Produksi SAO, Sunardi, mengatakan jika produk terbaru SAO nantinya akan dibagi menjadi empat yaitu A, B,C, dan D. Pupuk A untuk pertumbuhan, seperti penggambaran tanah, proses akar dan pertumbuhan, dan proses batang, ranting, dan daun. Sedangkan pupuk B digunakan untuk perkembangan bagi tanaman hortikultura, seperti proses bunga, buah, hingga panen.

Sedangkan Pupuk C digunakan untuk perkebunan dan kehutanan, seperti memperkuat batang, mempertebal daun, warna hijau lebih organik, dan kualitas daun. Terakhir yaitu pupuk D yang digunakan untuk tanaman hias dan ikan, seperti mempercepat pertumbuhan tanaman dan perkembangan ikan. Pria yang sering disapa Nardi juga mengatakan jika pembagian nama pupuk itu untuk memudahkan petani.

Pada akhir 2017 lalu, KUB Tirta Gempita sudah memproduksi pupuk SAO dan dikirim ka Kulon Progo. Tak hanya Daerah Istimewa Yogyakarta, pupuk cair organik itu juga sudah dijual ke luar pulau Jawa. Bagian promosi SAO, Endik Widodo, mengatakan jika 1 liter pupuk SAO dijual dengan harga Rp100 ribu hingga Rp110 ribu, sedangkan setengah liternya seharga Rp50 ribu hingga Rp60 ribu.

Menurut pengalaman salah satu konsumen, pupuk SAO mampu membuat tanaman yang sebelumnya tidak berbuah menjadi berbuah, sedangkan ikan yang menggunakan SAO juga labih besar dibandingkan tidak menggunakan SAO. (FDT)

Related News