Efek Positif Pasar Lelang Cabai
Keberhasilan petani cabai dalam mengelola hasil panen terlihat dari kinerja pasar lelang cabai.
SLEMAN - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menerapkan pemasaran hasil panen cabai melalui sistem lelang. Hasilnya, mereka mampu meningkatkan keuntungan petani maupun kelompok tani Sleman hingga mencapai ratusan juta rupiah. Menurutnya, keberhasilan petani cabai dalam mengelola hasil panen terlihat dari kinerja pasar lelang cabai.
“Karena dengan sistem lelang cabai ini, para petani dapat memperoleh harga jual yang tinggi dan tidak mudah. Pasar lelang ini bertujuan untuk mempererat jaringan pemasaran antara petani cabai,” ujar Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan, Kabupaten Sleman, Edy Sri Harmanto, Minggu (1/12) kemarin.
Keberhasilan pasar lelang cabai juga membawa Kabupaten Sleman ditetapkan Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi DIY sebagai sentra cabai nasional. Saat ini, perkembangan usaha komoditas cabai di wilayah Sleman telah berjalan dan berkembang dengan baik. Mulai dari produktivitas cabai yang mencapai 9 hingga 12 ton per hektare, penerapan musim tanam untuk mengatasi ketersediaan cabai dan penerapan prinsip tata niaga menggunakan lelang.
“Di Sleman, taman cabai dikembangkan di wilayah timur, tengah, dan sebagian besar bagian barat seluas 1.500 hektare. Di Sleman terdapat 11 lelang atau titik kumpul yang tersebar di wilayah Kecamatan Tempel, Turi, Ngaglik, Kalasan, Pakem, dan Kecamatan Ngemplak,” katanya.
Edy mengatakan, pesatnya perkembangan kegiatan pertanian cabai di Sleman tidak lepas dari perjalanan panjang perjuangan petani cabai Sleman bersama dengan Pemkab Sleman dan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DIY. Salah satu pencapaian kelompok yang telah berhasil meningkatkan pendapatan, Kelompok Tani Taruna Bumi yang berkolaborasi dengan Kelompok Tani Sido Makmur yaitu meningkatkan produktivitas melalui penggunaan teknologi bacillus, baik pembenihan maupun pupuk dan lelang selama satu periode panen yang bisa mencapai 206,3 ton dengan nominal Rp400 juta lebih.
Hal itu tentunya didukung oleh pemasaran melalui pasar lelang yang diikuti oleh pedagang lokal maupun luar daerah. Keberadaan pasar lelang awalnya diinisiasi oleh para petani dan didukung Bank Indonesia bersama Pemkab Sleman yang bertujuan untuk mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi barang.
Kepala Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto mengatakan, program pengembangan cabai di Sleman sesuai dengan implementasi kebijakan dalam mewujudkan stabilitas moneter melalui pengendalian inflasi dari sisi persediaan lebih lanjut mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, dalam rangka mendukung perekonomian daerah.
“Ada beberapa aspek yang ditekankan Bank Indonesia untuk mendorong end to end pengembangan komoditas cabai di Sleman,” tuturnya.
Aspek-aspek tersebut antara lain, dari aspek produksi melalui implementasi budidaya cabai ramah lingkungan, perbaikan tata niaga pemasaran, dan penguatan kelembagaan kelompok.
“Kami dorong juga penerapan pasar lelang dan diversifikasi produk turunan, sehingga menguntungkan petani dan berorientasi bisnis jangka panjang,” katanya.