KKP Dukung Inovasi Pupuk Rumput Laut
Inovasi kerap dilakukan demi memanfaatkan berbagai sumber daya alam, salah satunya dengan teknologi pengolahan rumput laut menjadi pupuk. Inovasi ini berhasil dilakukan oleh Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul.
LRMPHP Bantul sebagai satuan kerja yang berada di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM telah melakukan riset untuk mendukung tiga program prioritas KKP, terutama pada program kedua, yaitu pengembangan perikanan budidaya berbasis pada ekspor, dengan komoditas unggulan di pasar global, antara lain udang, lobster, kepiting dan rumput laut.
Sebelumnya, Menteri Trenggono pada SeaweedFest 2021, 20 Desember lalu, mengatakan, rumput laut berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Rumput laut juga memiliki peran strategis dalam menjawab persoalan lingkungan hidup dan pemanasan global. Negara beriklim tropis seperti Indonesia memiliki potensi beraneka ragam rumput laut bernilai ekonomi tinggi.
"Rumput laut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan secara ekologi, ekonomi dan sosial untuk menjadi penggerak pembangunan nasional maupun global yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," sambungnya.
Menteri Trenggono mengajak masyarakat melihat perkembangan teknologi dan inovasi produk rumput laut nasional, sekaligus juga mengetahui potensi dan status pemanfaatan jenis rumput laut Indonesia yang bernilai tinggi. Dengan melihat potensi tersebut, ia berharap link and match antara hasil penelitian/pengembangan rumput laut dengan pelaku industri rumput laut guna memajukan industri rumput laut nasional.
Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai riset rumput laut, salah satunya dilakukan LRMPHP Bantul. Satuan kerja ini di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM. Riset tersebut dilakukan dalam rangka mendukung tiga program prioritas KKP, terutama pada program kedua, yaitu pengembangan perikanan budidaya berbasis pada ekspor, dengan komoditas unggulan di pasar global, antara lain udang, lobster, kepiting dan rumput laut.
Kepala LRMPHP Luthfi Assadad mengatakan, peralatan pengolahan pupuk organik dari rumput laut yang telah dikembangkan yaitu pengolahan pupuk cair dan pengolahan pupuk padat (granul). Pada pengolahan proses dasar, digunakan alat pencuci sistem kontinu dengan kapasitas pencucian 100 kg/jam (E. Cottonii) dan 40-60 kg/jam (Sargassum sp.), yang menggunakan tenaga listrik 3 phase 1.000 watt. Digunakan juga alat pencacah sistem kontinymu berkapasitas 10 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik 3 phase, 8.000 watt.
Pada pengolahan pupuk cair digunakan alat pengekstraksi berkapasitas 90 kg/90 menit menggunakan tenaga listrik daya 6.000 watt. Digunakan juga alat pengepres menggunakan press hidrolik berkapasitas 10 kg/10 menit, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt.
Adapun pada pengolahan pupuk padat, pertama, digunakan alat granulator berkapasitas 10 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik 3 phase 2.500 watt. Kedua, digunakan alat konvenyor berkapasitas 5 kg/jam dengan diameter drum 32 cm, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt. Ketiga, digunakan alat pengayak berkapasitas 5 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt.