Imlek, Beras Ketan untuk Dodol Melonjak
Bertekstur kenyal dan lengket. Rasanya manis. Begitulah ketika menikmati kue keranjang atau disebut juga dodol cina. Permintaan kue ini mengalami lonjakan menjelang perayaan tahun baru Imlek. Kue keranjang menjadi salah satu sajian makanan khas yang selalu ada dalam perayaan Imlek.
Erni Suardi, pengusaha kue keranjang asal Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat mengatakan, pembuatan kue keranjang sudah menjadi agenda rutin setiap tahun. Bahkan ia sudah mulai membuat kue keranjang satu bulan menjelang perayaan Imlek pada Februari 2022.
"Untuk pesanan biasanya dua bulan (jelang Imlek) sudah ada masuk dari Desember, dan pembuatannya dari awal Januari kita sudah mulai buat (kue keranjang)," kata Erni, belum lama ini.
Ia menjelaskan, pembuatan dodol cina yang dilakukan turun temurun sejak tahun 80-an ini diproduksi secara rumahan. Bahan baku yang digunakan beras ketan yang dijadikan tepung ketan dan gula pasir.
Bahan lainnya adalah wadah keranjang yang dilapisi daun pisang batu. Pembuatan kue itu dilakukan secara tradisional, termasuk proses memasaknya menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu khusus dari pohon rambutan.
"Bahan adonan, beras ketan dibikin tepung dan gula pasir. Adonan yang saya buat difermentasi sampai 1,5 bulan agar lebih bagus kematangannya. Makanya kue buatan saya warnanya merah seperti pakai gula merah padahal enggak. Kita masaknya 12 sampai 13 jam," kata Erni.
Erni menambahkan, kue keranjang buatannya tentunya terjamin kualitasnya tanpa bahan pengawet. Oleh karenanya, pembuatan kue ini dilakukan mendekati waktu perayaan Imlek dan menyesuaikan keinginan dari para konsumen.
"Kenapa saya (buat kue keranjang) mepet, orang selalu pengen yang lembek, kue saya itu teksturnya akan berubah mengeras satu minggu kemudian karena namanya gula sama tepung pasti keras. Tapi kalau untuk dimakanya masih bisa dalam sebulan," katanya.
Erni sendiri memperkirakan produksi kue keranjang pada tahun ini sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, ia bisa memproduksi kue ini hingga mencapai 2 ton lebih.
"Tahun 2021 masih bagus. Tahun 2020 pas mulai covid justru bagus pesanan malah membanjir. Di tahun 2019 masih oke di atas 2 ton. Hanya saat ini menurun baru masuk 1, 2 ton. Tapi untuk persediaan saya tetap hampir 2 ton," jelasnya.
Erni mengatakan, dirinya tidak mengetahui pasti apa yang menjadi faktor menurunnya permintaan saat ini. Biasanya dengan produksi kue keranjang mencapai 2 ton, ia bisa memperoleh omset rata-rata Rp100 juta-an.
Kue keranjang buatannya sudah memiliki tempat di hati pelanggannya yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sehingga dalam hal pemasaran kue keranjang tidak cukup kesulitan.
"Sebenarnya saya sudah saking lama, saya sudah punya langganan tetap dan sudah pada tahu dua bulan lagi pada pesan, ada paling tiap tahun tambah pelanggan baru. Itupun dari mulut ke mulut," ucapnya.
Selain kue keranjang, Erni juga membuat panganan dodol hitam dengan empat varian, antara lain dodol biasa atau original, dodol lapis, dodol wijen dan dodol duren.
Untuk kue keranjang, ia banderol seharga Rp35 ribu per keranjang. Ada tiga pilihan kue keranjang, yakni susunan 3, 5 dan 7. Susunan 3 dihargai Rp80 ribu, susunan 5 Rp200 ribu dan susunan 7 Rp 325 ribu.
"Kalau dodol original harganya Rp60 ribu, dodol lapis Rp65 ribu, dodol wijen Rp65 ribu dan dodol duren Rp70 ribu," tandasnya