• 25 April 2024

Berkat Ayam Hias Raup Cuan

uploads/news/2022/02/klaten-raup-cuan-dari-36590bef6865dc8.jpg

Hobi, jika ditekuni bisa membawa hasil secara materi. Seperti yang dilakoni Muhammad Khoerul Fadhli warga Desa Tangkisan Pos, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pria 24 tahun ini mampu meraup cuan dari hobinya memelihara unggas. Kini dari hobi tersebut ia sukses menjadi pengusaha ayam hias.

"Awal mula merintis usaha ini dulu waktu kuliah, jadi saya hobi di ayam khususnya ayam hias, di sini dulu beli ayam brahma dua ekor dengan harga Rp 500.000," ujar Khoerul saat ditemui Jagadtani di rumahnya, Sabtu (5/2/22).

Dijelaskan, dari dua ekor ayam brahma tersebut kemudian dibesarkan dan beranak pinak. Dari anakan itu ia jual masih laku Rp 200.000. Hasil penjualan dibelikan lagi hingga memiliki 14 betina dengan tiga pejantan.

"Dari indukan-indukan tersebut kemudian kita peranakkan lagi dan jadilah banyak kemudian kita jual lagi dan kita upgrade materi kebangsa pheasant, seperti Golden Pheasant, Yellow Pheasant, Lady Amherst Pheasant, dan beberapa pheasant lainnya, serta upgrade lagi di merak biru India, merak putih, dan merak blorok, serta beberapa jenis merak lainnya," jelasnya.

Mengenai prospek pasar, Khoerul, mengatakan, pasaran yang masih relatif stabil sampai saat ini yaitu sebangsa pheasant dan merak. Misalnya, untuk pheasant ada Ayam Golden Pheasant, Lady Amherst Pheasant, Yellow Pheasant dan masih banyak jenis pheasant lainnya.

"Jenis itu relatif stabil di pasar karena memang produktivitasnya setahun sekali, jadi dari setok di pasaran itu stabil itu, kemudian permintaannya juga relatif meningkat sehingga masih cukup kekurangan dalam setiap barang untuk diedarkan ke konsumen," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Khoerul, jenis merak biru India juga paling banyak diminati pasar. Hal ini karena harganya lebih murah dibandingkan merak lain seperti merak putih yang jauh lebih mahal.

"Untuk produktivitasnya juga sama dengan pheasant yaitu setahun sekali sehingga setok di pasaran itu juga masih sangat kurang, jadi untuk proses pemasarannya masih cukup tinggi dan peminatnya juga masih cukup banyak," ujarnya.

Untuk daerah pemasaran, Khoerul mengungkapkan, rata-rata masih berkisar di pulau Jawa. Namun juga pernah ada permintaan sampai pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

"Yang paling banyak itu kita konsumen dari Jakarta dan Surabaya. Untuk selain Jawa ada Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan paling jauh kita di Sorong Papua," ujarnya.

Mengenai harga, Khoerul menjelaskan, untuk yang paling murah itu pheasant jenis Ringneck Rp 2,5 juta sepasang dan paling mahal ada merak putih berkisar Rp 55 juta sepasang.

"Setiap bulan terjual puluhan ekor dan untuk omset sendiri kita bisa mendapatkan kurang lebih Rp 80 juta hingga Rp 90 juta perbulan," ujarnya.

Menurut Khoerul, potensi bisnis di bidang ayam hias di Indonesia masih cukup tinggi karena memang masih banyak yang belum mengenal tentang ayam hias.

"Untuk potensinya masih sangat terbuka lebar. Kita perlu mengenalkan lagi jenis-jenis ayam hias dan mungkin keindahan dari ayam hias ke masyarakat, semakin banyak yang mengenal maka banyak pula yang order atau pun tertarik dengan ayam hias," ujarnya.

Khoerul menambahkan, untuk perawatan ayam hias juga mudah karena sama dengan ayam-ayam pada umumnya. Artinya tidak ada yang khusus. Hanya ukuran kandang saja yang mungkin berbeda.

"Untuk kategori pheasant dan merak relatif lebih tahan terhadap penyakit, jadi untuk perawatan tidak ada hal khusus, yang khusus hanya kandangnya saja dengan ukuran tertentu, untuk merak mungkin minimal 3 X 3 meter dan untuk pheasant bisa 1,5 X 2 meter itu sudah cukup. Metode pemeliharaan, makan, minum dan semuanya sama nggak ada yang istimewa," imbuhnya.

Related News