• 21 November 2024

Inovasi Pendeteksi Kemanisan Buah Jeruk

"Masih ingat dengan guyonan penjual Jeruk, yang bercerita tentang 'Ibu masih untung hanya 1kg Jeruk yang kecut, ini saya berapa keranjang kecut semua."

Mungkin cerita itu bisa berubah seiring berbagai penemuan terkini. Rasa kecut atau asam sebenarnya hal yang wajar untuk buah dengan kadar vitamin C tinggi. Namun tentu saja, jika terlalu kecut, buah Jeruk tidak dapat nikmat dikonsumsi secara langsung.

Padahal buah ini sangat segar bila langsung dimakan. Memang pada dasarnya kita bisa membedakan rasa buah jeruk yang manis atau kecut dengan langsung mencobanya. Tapi tentu akan merepotkan.


Seiring berbagai penemuan yang dikembangkan oleh para ahli, kini rasa buah jeruk dapat diketahui melalui alat hasil inovasinbuatan IPB. Kemampuan alat ini dapat mengetahui rasa buah jeruk melalui zat fluoresensi yang terkandung dalam buah tersebut. Fluoresensi merupakan sebuah fenomena terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap berkas cahaya atau radiasi elektromagnetik lain.

Dengan nama Smurf 2.0, alat portabel pendeteksi mutu buah jeruk akan membaca spektroskopi fluoresensi setelah mengeluarkan sinar UV. Setelah itu, alat akan melakukan scaning untuk mengukur level kemanisan buah melalui indikator pada Smurf 2.0.


Indikator pada Smurf 2.0 akan muncul dalam satuan Brix (ukuran satuan untuk kadar kandungan gula (zat padat) yang terlarut dalam larutan air.


Dr. Slamet Widodo sebagai ketua tim inovasi Smurf 2.0 melalui kanal youtube milik IPB mengatakan alat ini berfungsi dalam mengukur zat fluoresensi pada kulit buah jeruk sehingga dapat mengetahui tingkat kematangan dan kemanisan buah jeruk. Semakin tinggi kadar Brix maka tingkat kemanisannya juga tinggi.

Tentunya Smurf 2.0 hasil inovasi IPB ini berbeda dengan metode sebelumnya yang membaca melalui mengunakan sample atau memeras buah jeruk. Hasil perasan ini yang dicari tahu kandungan gulanya.

"Cara yang non-destruktif saya kira di luar negeri sudah cukup banyak, beberapa menggunakan seperti infra red atau yang lain. Namun di Indonesia masih relatif yang baru. Inovasi menggunakan fluoresensi ini masih cukup baru," ungkap Dr. Slamet Widodo.


Saat ini, Slamet Widodo bersama tim masih mengembangkan inovasi Smurf 2.0 agar lebih akurat dan efisien dalam penggunaannya. Tentunya diharapkan Smurf 2.0 dapat memudahkan dalam mengetahui tingkat kemanisan buah jeruk.

Related News