• 22 November 2024

Cegah Hama Tikus dengan TBS

uploads/news/2019/12/cegah-hama-tikus-dengan-308290586ffcc62.jpg

Trap Barrier System (TBS) merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi.

KLATEN - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, memperkenalkan teknologi Trap Barrier System (TBS) kepada para petani di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah untuk mencegah hama tikus. Ia mengatakan TBS merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi.

“Kami melakukan kegiatan penerapan teknologi ke masyarakat dalam rangka mengendalikan hama tikus yang efektif, ramah lingkungan, dan berdampak jangka panjang, salah satunya dengan pemasangan TBS,” ujar ketua tim pengendalian masyarakat dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UNS, Supriyadi, seperti melansir ANTARA, Selasa (3/11) kemarin.

“Komponen TBS terdiri dari dinding sebagai pagar dengan bahan fiber agar tahan lama dan dapat dipasang berulang-ulang, bubu perangkap dari ram kawat, dan tanaman pemikat yaitu tanaman padi yang telah membentuk malai isi,” lanjutnya.

Supriyadi menyebut, pemasangan TBS akan efektif apabila padi di lahan sekitarnya belum mencapai masa bunting atau bermalai atau pada masa bera. Dirinya mengatakan, TBS modifikasi ini cukup efektif, karena mampu menangkap 1-18 ekor setiap malam pemasangan.

“Tikus akan masuk ke TBS karena mencari padi yang mengandung pati atau karbohidrat sebagai kebutuhan pakan pokok guna tikus berkembang biak. Untuk bubu perangkap ini dipasang pada sore hari dan diperiksa pagi hari, selanjutnya tikus yang terperangkap dalam bubu dibunuh dengan cara ditenggelamkan,” tuturnya.

“Dari penelitian kami, jumlah lubang atau sarang aktif tikus di sekitar lokasi pemasangan TBS juga turun signifikan. Ini menunjukkan, jika TBS efektif menurunkan populasi tikus di lapangan,” imbuhnya.

Ia mengatakan, spesifikasi teknologi TBS yang diterapkan, yaitu luas tanaman padi untuk tanaman pemikat seluas 120 meter persegi dengan panjang 12 meter dan lebar 10 meter. Selanjutnya, tanaman dipagari dengan plastik fiber setinggi 80 centimeter dengan rapat.

“Rapat ini artinya bagian bawah fiber ditambal dengan tanah basah dan penyangga fiber ditempatkan di dalam pagar,” katanya.

Sementara itu, untuk pemasangan TBS ini akan diintegrasikan dengan pemanfaatan burung hantu “Tyto Alba” untuk mendapatkan hasil lebih efektif, ramah lingkungan, dan efek jangka panjang.

“Pemanfaatan burung hantu akan lebih efektif, apabila disertai dengan pembuatan rubuha sebagai sarangnya. Burung hantu dapat mengendalikan populasi tikus, karena makanan utamanya adalah tikus,” cetusnya.

Supriyadi mengatakan, pemasangan TBS akan efektif apabila dipasang dengan benar, baik cara pemasangan, waktu pemasangan, maupun tanaman padi dalam TBS, yaitu padi fase generatif dan tanaman padi sekitarnya baru pindah tanam atau bera.

“Selanjutnya, pemasangan rubuha atau burung hantu di wilayah serangan tikus bersinergi baik dengan TBS untuk mengendalikan populasi tikus dalam jangka panjang. Di sisi lain, pola tanam dengan selingan bukan bukan padi dan waktu tanam padi serempak perlu dikembangkan dan dijalankan petani untuk mengurangi perkembangbiakan tikus dan populasinya,” katanya.

Related News