• 26 April 2024

Rasi Jadi Pendamping Slamet Penguasa Gn.Ciremai

Sejak dilepasliarkan, Slamet Ramadhan yang dianggap penguasa tunggal gunung Ciremai belum memiliki pendamping. Tentunya sangat tidak baik dalam upaya meningkatkan jumlah populasi macan tutul di kawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Namun kini Slamet dipastikan telah didampingi oleh Rasi, macan tutul betina berusia 3 tahun.

Pada tahun 2019, Rasi diserahkan masyarakat Kampung Bunisari, Desa Cikondang, Kec Cisompet kepada BKSDA Jawa Barat. Saat ditemukan di perbatasan antara hutan dan pemukiman, Radi diperkirakan berusia 3-6 bulan. Saat ini, Rasi telah berusia 3 (tiga) tahun dan siap kawin.

Selain untuk bersanding dengan Slamet Ramadhan, Rasi ditujukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk membuka GPS Colar yang telah dipasang pada saat dilepasliarkan. Pelepasliaran macan tutul ini dilakukan di Blok Bintangot, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wil I Kuningan.

Pemilihan gunung Ciremai sebagai rumah Rasi setelah dipastikan ekosistem kawasan TNGC dianggap memiliki kualitas baik. Berdasarkan hasil penafsiran citra SPOT 6 Resolusi 1 meter Liputan tahun 2018 dan 2019, kawasan TNGC didominasi oleh tutupan berhutan mencapai 80% dari seluruh luas kawasan.

Macan Tutul (Panthera pardus melas) merupakan satwa kunci/key spesies yang menjadi icon kawasan TNGC yang memerlukan ekosistem alami sebagai habitatnya. Berdasarkan analisa hasil tangkapan kamera trap yang dipasang sejak tahun 2012, jumlah populasi macan tutul diduga berjumlah 1 (satu) ekor. Hasil dugaan sementara, macan tutul tersebut sudah mati karena terakhir tertangkap kamera pada tahun 2013, kemudian pada tanggal 9 Juli 2019, Balai TNGC melepasliarkan 1 (satu) ekor Macan Tutul dari BBKSDA Jawa Barat hasil serahan masyarakat.

Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan menyampaikan asal muasal macan tutul betina, Rasi dan tahapan yang dilakukan sampai dengan acara pelepasliaran pada tanggal 5 Maret 2022. “Pada awalnya, Rasi ini digunakan untuk memancing Slamet Ramadhan namun ternyata sampai saat ini Slamet Ramadhan tidak kunjung datang, berkaca dari Slamet Ramadhan, maka Rasi dikenakan GPS Colar yang lepas dengan sendirinya setelah 6 bulan” jelas Teguh.

“Pada Bulan November 2021, diskusi dengan para pihak telah dilakukan yaitu LPPN Universitas Kuningan, Peduli Karnivora Jawa dan Sintas Indonesia kemudian pada tanggal 7 Desember 2021 telah dilakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah yang dihadiri langsung oleh Bupati Kuningan dan Muspika terkait khususnya yang berbatasan dengan Blok Bintangot” tambah Teguh.

Kemudian ditambahkan oleh Robi Gumilang selaku koordinator spesies macan tutul “Kandang habituasi juga telah selesai terbuat dari rangka baja yang disusun dan disesuaikan untuk keamanan dan keselamatan macan tutul jawa, dengan luas permukaan totalnya adalah 66 m2, tinggi 4-6 meter dari permukaan tanah dengan volume totalnya adalah 204 m3. Kandang tersebut dilengkapi total tujuh pintu untuk dapat dioperasikan sebagai pintu jebakan, pintu keluar, dan pintu pemberian pakan. Kandang habituasi ini akan dihuni oleh macan tutul betina, Rasi selama kurang lebih 4 minggu untuk memancing Slamet Ramadhan keluar, apabila sampai 1 (satu) bulan Slamet Ramadhan tidak terpancing maka macan tutul betina akan dilepaskan”.

Menurut Cahyono, staf PPS Cikananga, macan tutul betina akan dibawa ke kandang habituasi di TN Gunung Ciremai dari PPS Cikananga pada tanggal 31 Januari 2022 dan resmi akan dilepasliarkan awal Maret 2022. Proses habituasi Rasi selama satu bulan telah menunjukkan kesiapan untuk dilepasliarkan. Selain adaptasi perilaku Rasi untuk siap dilepasliarkan, habituasi yang dilakukan juga diperuntukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk mendekat. Kondisi perkembangannya yang baik diharuskan untuk melepas GPS Colar yang telah dipasang sejak tahun 2019. Pada minggu kedua habituasi, Perilaku Rasi terlihat aktif dan pola aktivitasnya sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukkan Rasi sudah mulai nyaman dengan calon tempat barunya.

Pada acara pelepasliaran ini turut disaksikan pula oleh Ammy Nurwati, Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, Ditjen KSDAE mewakili Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Kami berharap dengan diberikannya pasangan, macan tutul akan berkembang biak dan bertambah populasinya sehingga ikon Balai TNGC yaitu macan tutul dan gunungnya tetap ada.”ucap Ammy. Beliau juga menyampaikan ucapan terima kasih dari Direktur Jenderal KSDAE atas kinerja berbagai pihak dalam mensukseskan pelepasliaran Macan Tutul ini.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama, Wakil Bupati Majalengka, Tarsno, D. Mardiana, Anggota DPRD Komisi I Kab Kuningan Dede Sembada, Anggota DPRD Komisi IV Kab Kuningan Sri Laelasari, Anggota DPRD Kab Majalengka Jejem Muh. Hanurajasa, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Wilayah III, Andi Witria, Kepala Balai KSDA Jawa Tengah, Kepala Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Manager konservasi Gembiraloka Zoo, Wakil Adm Perhutani Kab Kuningan, Kepala CDK Wilayah VIII Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Camat Pasawahan, Polsek Mandirancan, Polsek Pasawahan, Koramil Mandirancan, Kepala Desa Seda, Forum Ciremai, LSM Akar dan aktivis lingkungan.

Acep Purnama menyebutkan kawasan TNGC sebagai kawasan hutan konservasi yang harus dijaga karena telah memberikan manfaat langsung berupa air dan udara segar. “Dengan menjaga satwanya, maka ekosistemnya pun akan terjaga”tambahnya.

 

Related News