Kelapa Sawit Melimpah, Rakyat Justru Melarat
Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, ternyata masyarakat Indonesia tidak dapat menikmati setelah diolah menjadi minyak goreng. Sempat langka, kini harga minyak goreng melambung tinggi. Pastinya kelangkaan bukan karena 'panic buying’ karena seberapa besar masyarakat dapat menimbun. Dan dapat dipastikan harga tersebut akan meroket seiring hari besar Idul Fitri atau lebaran yang kian mendekat.
Padahal secara data dari Kementerian Pertanian tahun 2019, perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektare yang tersebar di 26 provinsi. Pemilik perkebunan kelapa sawit di Indonesia berasal investor Singapura dan Malaysia. Dan perkebunan sebagai modal perusahaan produsen minyak goreng merupakan tanah garapan milik Negara dengan skema hak guna usaha (HGU).
Hasil dari total perkebunan kelapa sawit berupa CPO (Crude Palm Oil/Minyak sawit mentah) mencapai 43,5 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata per tahun menembus 3,61 persen. Sementara kebutuhan minyak goreng di dalam negeri berkisar 279-300 juta liter, jika dibandingkan dari yang hasilkan tentu sangat mencukupi kebutuhan domestik.
Harga minyak goreng pada awal tahun 2022 mencapai Rp12.736 per liter atau lebih tinggi sebesar 49,36 persen dibandingkan Januari 2021. Dan yang merepotkan, minyak goreng sangat langka dipasaran.
Memasuki pertengahan Maret 2022, minyak goreng memang mulai mudah diperoleh dengan harga minyak goreng berkisar Rp24.600 hingga Rp25.000. Tentunya hal ini menggantikan kebijakan pemerintah yang menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan premium mencapai Rp 14.000/liter, kemasan sederhana Rp 13.500/liter, dan kemasan curah Rp 11.000/liter.
Rasanya harga tersebut dampak dari pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yaitu harga minyak goreng kemasan akan disesuaikan dengan harga keekonomian. “Tentu kita berharap dengan penyesuaian nilai keekonomian minyak sawit, maka akan tersedia di pasar modern maupun di pasar tradisional," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/3/2022).
Harga CPO tergantung Malaysia
Hal yang perlu diketahui, harga CPO di Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia tetap tergantung Bursa Malaysia Derivatives (BMD) dan juga bursa komoditas di Belanda. Bisa jadi imbas dari investor perusahaan kelapa sawit dikuasai oleh pemain asal negeri Jiran dan Singapura.
Atau justru permainan dari hasil penimbunan minyak goreng yang menunggu penjualan setelah harga disesuaikan dengan harga internasional ataupun sesuai kebijakan pemerintah tentang ‘penyesuaian dengan harga keekonomian’.
Pastinya sesuai hukum ekonomi, kartel minyak goreng makin Berjaya seperti 12 tahun lalu. Dan Rakyat kembali terkena imbasnya.