Ujang dan Ribuan Wisudawan Petani Milenial
BOGOR - Ujang Margana berhasil lulus program Petani Milenial angkatan 2021. Ia bersama empat petani milenial lain secara simbolis resmi dikukuhkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di podium auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.
Ujang mulai mengikuti program Petani Milenial sampai saat ini genap satu tahun. Sejak kick off mengikuti program pada Maret 2021, ia mengaku lebih banyak mendapat pengetahuan tentang pertanian dari hulu hingga hilir.
Baca juga: Alasan SYL raih gelar Profesor kehormatan
"Kalau kelompok tani sendiri di tahun 2016 sudah dibina dari dinas serta perbankan. Namun ketika ada program ini kami pada tahun 2021 didaftarkan secara offline jadi anggota petani milenial tahun 2021. Intinya kami lebih diperhatikan dari hulu sampai hilir dan merasa terbantu sekali dengan adanya program ini," kata Ujang kepada Jagad Tani, Kamis (24/3).
Pria berusia 28 tahun ini bersama Kelompok Tani Tri Cipta saat ini menggarap budidaya bawang merah di ladang seluas 50 hektare di Desa Mekarwangi, Kecamatan Cimeyan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Ia juga mengembangkan usahanya dengan membentuk empat kelompok tani binaan. Kelompok-kelompok tani ini membudidayakan bawang merah di ladang dengan luas total 200 hektare.
Dari seluruh ladang tersebut, produktivitas bawang merah yang dihasilkan setiap kali musim tanam selama 60 hari mencapai 6.000 sampai 7.000 ton.
"Kami banyaknya untuk suplai kawasan Jabodetabek, terus mitra usaha kami di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Ada juga pemasaran kerjasama yang berbasis online," imbuh Ujang yang juga ketua Kelompok Tani Tri Cipta.
Ujang menyebut untuk memenuhi kebutuhan pasar suplai bawang merah bisa mencapai 14 ton setiap harinya. Dari penjualan itu dapat menghasilkan omzet Rp280 juta dengan perhitungan harga sekarang dikisaran Rp20.000 per kilogram.
"Iya, untuk omzet satu bulan hampir Rp1,5 miliar, itu minim untuk komoditas bawang merah ini," kata Ujang sambil mengungkapkan kendala yang dihadapi saat ini berkenaan daya tampung gudang bawang merah paskapenen.
"Kami terus terang masih kekurangan di teknik paskapanen. Misalkan panen satu hari 100 ton, sedangkan daya tampung gudang kami saat ini 50 sampai 60 ton. Mungkin kedepan perlu pembangunan perluasan gudang."
Ujang menyimpulkan pertanian jika dikelola dengan baik bisa menjadi usaha yang menjanjikan seperti yang dirasakan olehnya. Iapun mengajak ada banyak lagi generasi milenial untuk terjun ke dunia pertanian.
"Saya berharap ada lebih banyak lagi petani milenial yang berminat ke pertanian karena di pertanian ini menjanjikan dan seperti pribahasa bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu memenuhi pangannya sendiri," tandasnya.
Inaugurasi petani milenial tahun 2021 sendiri berjumlah 1.249 orang, dengan yang diikuti secara offline oleh 300 orang perwakilan dan sisanya mengikuti secara online melalui media yang disediakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Generasi milenial kunci pertanian masa depan
"Alhamdulillah, setelah satu tahun di 20 Maret 2021, berproses, sekarang 24 Maret 2022, dari sekian banyak yang mengikuti program Petani Milenial diwisuda 1.249 orang," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ia mengatakan, para petani milenial yang berhasil lulus tersebut sampai hari ini membuktikan konsistensi terhadap program Petani Milenial. Dari hasil evaluasinya, ia mendapati beberapa yang tidak berhasil ada faktor penyebabnya. Diantaranya menyerah di perjalanan lantaran akses perbankan tidak memadai, salah komoditi serta gagal panen.
"Makanya saya bilang progam ini bukan program karpet merah untuk langsung sukses, tapi program mendaki gunung yang dibersamai oleh pemerintah. Pembersamaannya melalui pelatihan, anggaran, lahan, peralatan, pemasaran dan lainnya," paparnya.
Ia berharap untuk tahun ini dan seterusnya bisa menghasilkan lebih banyak lagi petani milenial. Hal ini juga sebagai upaya regenerasi petani yang saat ini 70 persen usia lansia bisa digantikan oleh generasi muda dibawah 40 tahun.
Terlebih petani milenial saat ini ada sentuhan teknologi pertanian dan hal itu tidak terjadi di masa orang tuanya. Seperti penerapan teknologi penyiraman tanaman jarak jauh menggunakan smartphone, komoditi yang dijual sudah e-commerce dan sebagainya.
Baca juga: Hadapi climatechange kementan latih sejuta petani
Untuk itu, Kang Emil sapaan akrabnya gubernur optimis dengan petani milenial dan desa digital kesejahteraan tidak hanya didominasi oleh pekerjaan di perkotaan, tapi juga akan bergeser di pedesaan asalkan menguasai teknologi pertanian.
"Nah, kita akan buka pendaftaran lagi tentu kolaborasi dengan pemerintah daerah, contohnya Pemerintah Kabupaten Bogor menyiapkan lahan yang nanti akan dikelolakan oleh generasi muda di Bogor dengan konsep program petani milenial," tandasnya.