Beragam Unsur Pendukung COP-4 Minamata
Penyelenggaraan The Fourth Conference of the Parties Minamata Convention on Mercury (COP-4 Konvensi Minamata) di Bali menjadi salah satu kegiatan internasional yang dipercayakan kepada Indonesia. Sebanyak lebih kurang 500 orang delegasi dari berbagai negara hadir secara langsung di Bali untuk pertemuan ini.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) membangun Paviliun Indonesia selama penyelenggaraan COP-4 Konvensi Minamata selama tanggal 21-25 Maret 2022. Selain Paviliun Indonesia, terdapat juga pameran-pameran dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali.
Paviliun Indonesia menampilkan beberapa stakeholder yang mencerminkan pembangunan lingkungan dan kehutanan. Materi yang disampaikan pada Paviliun Indonesia antara lain terkait kebijakan penanganan merkuri dan limbah B3, pengelolaan pariwisata di kawasan konservasi seperti Taman Nasional (TN) Bali Barat dan Komodo.
Selain itu, terdapat juga partisipasi dari beberapa Kelompok Usaha Perhutanan Sosial yang membawa produk seperti kopi dan produk olahan jahe. Kesenian tradisional Bali berupa musik Rindik dan Tarian Joged Bumbung menarik para delegasi yang hadir di COP-4 ini.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Nunu Anugrah menyampaikan bahwa setiap penyelenggaraan pameran, baik di dalam maupun luar negeri, pihaknya selalu membawa nilai-nilai kebudayaan lokal untuk ditampilkan, selain utamanya adalah pesan keberhasilan program KLHK.
Kehadiran Paviliun Indonesia dengan produk KUPS dan juga UMKM Bali pada penyelenggaraan COP-4, menurut Nunu Anugrah juga menjadi tanda bahwa perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya di Bali sudah mulai pulih.
"Kondisi berat pada masa pandemi telah berangsur membaik. Pemerintah, termasuk KLHK terus menerus memberikan dukungan masyarakat untuk bangkit melalui kerangka Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN," terang Nunu.
Staf dari Balai TN Bali Barat, Hery Kusumanegara yang turut menjadi booth interpreter di Paviliun Indonesia menjelaskan bahwa sejak pembukaan, para delegasi internasional tertarik dengan kesenian tradisional yang ditampilkan. Selain itu, mereka juga meminati souvernir khas Bali berupa kipas dan udeng motif khas Bali.
"Alhamdulillah pengunjung ramai dan terhibur, kami juga memberikan informasi terkait wisata alam di TN Bali Barat dan responnya sangat baik. Semoga mereka dapat berkunjung ke sana setelah COP," ungkap Hery