• 24 November 2024

Mengenal Kompos dari Kebun Karinda

JAKARTA SELATAN - Jika sahabat tani ingin belajar membuat kompos, sahabat tani bisa berkunjung ke Taman Karinda yang berada di Perumahan Karang Indah, Kelurahan Lebak bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Ketika memasuki kebun, sahabat tani akan disambut oleh berbagai tanaman seperti bunga matahari, bayam, kangkung, sawi, terong, dan tanaman lainnya. Selain ada tanaman yang langsung ditanam di tanah,  di taman seluas 300 meter persegi tersebut juga terdapat tanaman yang dirambatkan, dan ditanam di pot-pot yang digantung secara vertikal untuk efisiensi tempat.

Kebun Karinda (Karang Indah) didirikan pada 28 Januari 2006, oleh Djamaludin Suryo Hadi Kusumo, mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia periode 1993–1998, beserta sang istri, Sri Murniati. Mereka berdua memberikan pelatihan pengelolaan sampah kepada siapa pun secara gratis. Para peserta juga mendapatkan pelatihan dan penyuluhan pengelolaan sampah organik, serta praktik secara langsung membuat kompos dari sampah dapur dan limbah rumah tangga.

“Iya, jadi dulu Pak Djamaludin sama Ibu Sri bangun kebun ini atas dasar mereka melihat sampah yang tak terpakai, lalu ternyata sampah itu bisa dijadikan sebagai kompos,” ujar Restu, pengurus Kebun Karinda saat ditemui JagadTani.id, Senin (8/12).

Baca juga: Parung Farm, Pelopor Hidroponik Pertama

Kebun ini juga mengembangkan teknik pengomposan dengan menggunakan sistem aerobi termotilik. Sedangkan untuk sampah yang berasal dari rumah tangga menggunakan metode Takakura Home, yang pertama kali diperkenalkan oleh Mr. Takakura, seorang peneliti dari Lembaga Jepang, Kitakyusu International Technocooperative Associoation (KITA).

Dalam metode Takakura, menggunakan keranjang sebagai alat pengomposan sampah organik yang praktis dan bersih, karena dalam proses penguraian sampah menjadi kompos, dilakukan oleh bakteri dalam keranjang yang berlangsung secara aerobik. Dengan metode ini, proses pengomposan berlangsung tanpa bau dan mengeluarkan cairan (lindi).

“Teknik nya sebenarnya sederhana, bisa dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa, di sini juga buat kompos nya beda, enggak bau,” tambah pria berusia 43 tahun tersebut.

Baca juga: Silkie, Ayam Bernilai Jutaan Rupiah!

Karena lokasinya yang juga dekat dengan sekolah dan tempat pengajian anak-anak, banyak anak-anak-anak yang sering datang dan belajar membuat kompos. Bahkan, ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di komplek tersebut juga sering mengikuti pelatihan cara membuat kompos.

 

Related News