• 24 April 2024

Ayam Cemani, Si Hitam Bernilai Tinggi

BOGOR - Ayam cemani merupakan salah satu jenis ayam yang populer asal Indonesia atau lebih tepatnya berasal dari Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Ayam cemani atau dikenal ayam kedu ini memiliki keunikan tersendiri berwarna serba hitam, mulai dari paruh, mata, jengger, tenggorokan, lidah, bulu, kulit, daging dan kaki. Hanya warna darah yang tetap merah dan telur seperti ayam kampung.

Keberadaan ayam cemani dewasa ini telah banyak dibudidayakan tersebar di Tanah Air tidak hanya di daerah asalnya. Seperti Tarmudi, peternak ayam cemani di Desa Mampir, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Tarmudi mulai hobi pelihara hewan dari ordo Galliformes ini tahun 2014. Sebelum ayam cemani, pertama kali yang dipelihara ayam bangkok, ayam kate, ayam ketawa hingga ayam pelung.

"Saya itu senang datang ke kontes untuk mencari tahu asal usul ayam. Nah, saya sebagai orang Jawa berfikir ayam Jawa yang bisa dijadiin kontes. Pilihan saya jatuh ke ayam cemani, dan dari situ mulai memperkenalkan ayam cemani di kalangan penghobi," katanya, belum lama ini.

Ia awalnya memelihara 5 ekor anakan ayam cemani. Namun waktu itu hanya 3 ekor yang tumbuh hingga dewasa, yakni 1 jantan dan 2 betina. Iapun tak menyangka anakan turunan dari ayam ini banyak yang minat.

"Saya awalnya enggak niat kayak sekarang. Tapi saya foto, sering diposting (media sosial) ternyata banyak yang mau. Jadi setiap anakan itu selalu abis. Waktu itu saya ngejalanin juga jual beli. Lama-lama penghobinya makin banyak," ujarnya.

Sering bertambahnya jumlah penghobi ayam cemani, terang Tarmudi, pada tahun 2016 membentuk wadah yang diberinama komunitas Black Indonesia. Berselang tiga tahun atau tahun 2019 berubah badan hukum menjadi Perkumpulan Peternak Cemani Indonesia (Pertemani).

Tarmudi mengatakan, secara umum perawatan ayam cemani sama seperti ayam kampung. Namun hal terpenting yang harus diperhatikan adalah pakan dan asupan tambahan jamu yang dibiasanya ia buat dari probiotik herbal.

Adapun perawatan khusus itu dilakukan pada saat ayam cemani akan tampil di arena kontes. Ia biasanya melakukan pemisahan antara ayam jantan dan betina 1 bulan atau 2 pekan menuju kontes. "Lalu rajin dikasih minyak ikan supaya bulunya halus dan rapi."

Ayam cemani sendiri, terangnya, sudah bisa dikembangbiakkan saat menginjak usia delapan bulan. Indukan betina rata-rata bisa menghasilkan 20 butir telur. Namun produksi telur akan berkurang sering masa perkawinan ayam.

"Produksi telur di awal itu yang saya hitung rata-rata 20 butir, terus di siklus kedua masih 20 butir dan selanjutnya mulai berkurang, kandang 19 dan 18 butir," tuturnya.

Dalam penetasan telur, ia lakukan dengan dua cara. Untuk percepatan, telur sebagian besar ditetaskan menggunakan mesin penetas telur. Sedangkan sisanya, 5 atau 7 butir di kandang ditetaskan secara alami dierami induknya selama 20 hari.

Untuk percepatan produksi telur juga, imbuh Tarmudi, seusai masa pengeraman, ayam dimandikan dan kemudian dipisahkan selama sepekan di kandang. Setelah itu, ayam diumbar kembali untuk kawin dan seminggu kemudian ayam siap bertelur.

Saat ini ada puluhan ayam cemani baik jantan maupun betina yang ada di kandang. Tarmudi tidak hanya menyediakan ayam cemani, tapi juga telurnya. Sepasang indukan, ia jual antara Rp6 sampai 10 juta, sedangkan anakan usia 1 bulan dihargai Rp500 ribu dan untuk telur per butir harganya Rp100 ribu.

Related News