Bunga yang satu ini masih terdengar asing di telinga dan tidak terbayang bentuk dan aromanya. Namun, bunga yang satu ini mendapat julukan sebagai “Bunga dari Surga”.
JAKARTA - Ding, petani asal Provinsi Liaoning, timur laut Cina betapa kaget saat ia mendapatkan sekitar 38 bunga youtan poluo di beberapa pipa logam di kebunnya. Selain di Cina, bunga tersebut juga ditemukan oleh warga Kota Taipei, Taiwan, Chen Guodong di belakang rumahnya. Masyarakat sekitar pun sangat antusias melihat bunga langka tersebut.
“Ini mukjizat! Mereka sangat kecil, susah sekali dideteksi tanpa menggunakan mikroskop. Namun, aroma mereka memenuhi seluruh balkon,” ujar Chen seperti melansir Goodtimes, belum lama ini.
Menurut Chen, batang tanaman itu sangat minimalis dan bentuk bunga yang sangat kecil, selain itu juga terlihat rapuh. Namun, bunga tersebut memiliki karakter yang kuat. Penemuan lain juga terjadi pada 2010, saat biarawati Cina, Miao Wei, yang tinggal di Gunung Lushan, menemukan bunga yang beraroma harum ini di bawah mesin cucinya.
Baca juga: Kala Bunga Naga Bermekaran
Awalnya, ia berpikir itu hanya serangga. Tapi, keesokan harinya “serangga” tersebut ternyata tumbuh mekar dengan aroma yang memenuhi ruangan. Namun, fenomena yang paling terkenal terjadi pada 1997 di Cheonggyesa Temple di Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan. Tanaman dengan julukan “bunga surga” itu tumbuh di dahi patung Buddha.
Bunga itu terlihat indah saat tumbuh di wajah patung yang dianggap suci tersebut dan semakin membuat bunga itu terlihat sangat istimewa. Peristiwa itu pun menjadi viral di seluruh dunia, karena pada 1997 bertepatan dengan 3.024 tahun sejak ajaran Budhisme muncul pertama kali. Menurut catatan kitab-kitab kuno, bunga youtan poluo terakhir mekar sebelum kelahiran Buddha Gautama.
Karena itu, bisa dibilang bunga youtan poluo sangat langka, bahkan mungkin hampir punah. Meski dapat tumbuh di sembarang tempat, namun sangat sulit ditemukan. Selain bernama youtan poluo, bunga ini memiliki banyak nama, di beberapa negara Asia bunga ini bernama “udonge. Banyak penduduk bumi mengenalnya dengan bunga youtan poluo, sementara di Indonesia disebut bunga udumbara.
Selain itu, tanaman ini mendapat julukan “bunga dari surga”, karena konon bunga ini jarang bisa tumbuh di bumi, setidaknya butuh 3.000 tahun untuk tumbuh. Bunga kecil dengan warna putihnya ini hanya bisa dideteksi dengan lensa pembesar. Berbeda dengan bunga lainnya yang bisa diklaim sebagai ciri khas suatu negara, bunga youtan poluo tersebar di seluruh dunia dan belum ada negara yang mengklaim menjadi pemiliknya.
Baca juga: Merawat Keanggunan Anggrek
Bunga youtan poluo ini memiliki harum yang menyebar dan memenuhi area yang luas. Selain itu, bunga ini dapat hidup di mana saja, tidak hanya di tanah, kayu, kaca, bahkan di logam sekali pun tetap bisa bertahan dan tumbuh menempel seperti parasit. Bahkan dalam segala suhu mulai panas, lembab, atau dingin, bunga tangguh itu dapat hidup. Jadi tak salah jika bunga ini disebut sebagai bunga dari surga.
Harum bunga ini juga bisa melebihi harum dari parfum. Bila ditaruh dalam ruangan, aromanya dapat menyebar hingga waktu yang lama. Tak seperti kemampuannya yang unik, tampilan bunga ini terlihat kurang menarik. Namun, ketika mencium aroma yang memikat, penampilan bunga pun berubah menjadi unik. Apalagi, konon bunga ini sering dihubungkan dengan mitos sebagai pembawa keberuntungan.
Hal itu diperkuat dalam mitologi Buddha yang menyebut, bunga youtan poluo merupakan bunga pembawa keberkahan dan akan membawa keberuntungan bagi sang penemu. Dalam legenda Buddha, kahadiran bunga itu dikaitkan dengan akan datangnya Raja Suci Pemutar Roda sang Pelurus Dharma (hukum moral) di dunia. Dalam tulisan Buddhisme juga disebut, raja tersebut akan menerima siapa pun dari setiap afiliasi agama dan menawarkan keselamatan bagi semua orang melalui belas kasih.
Membuat Heboh Jimbaran Bali
Tidak hanya di luar negeri, bunga dari surga ini juga pernah membuat heboh di Jimbaran, Bali pada 2016 lalu. Saat itu, Kadek Suardana menemukannya di gagang pintu dan ranting pohon jeruk miliknya. Percaya akan keberuntungan, pria ini pun menyimpan bunga tersebut selama bertahun-tahun. Karena keyakinannya itu, keberuntungannya itu pun terwujud.
Suardana mengklaim, semenjak menyimpan bunga dari surga itu, ekonomi keluarganya meningkat. Sayangnya, bunga ini tidak bisa dikembangbiakan, karena belum ada penelitian yang dapat mengembangkan bunga langka yang hampir punah tersebut. Selama ini, mereka yang menemukan bunga udumbara dianggap telah menemukan keberuntungan.
Suardana mengaku, bunga itu berukuran satu hingga dua milimeter dan tidak mudah terlihat dengan mata normal. Kecuali, terlihat dengan mendekatkan mata. Namun, secara kasat mata, tumbuhan ini nampak seperti telur cacing. Tapi, setelah dilihat dengan lensa kamera atau mikroskop, tumbuhan unik ini memiliki tampilan menyerupai jamur.
Baca juga: Kavling Baru Taman Anggrek Ragunan
Kisah yang sama juga terjadi pada Rizki Amelia yang takjub melihat bunga itu di dinding dalam pintu berbahan baja ruang kerjanya, tepatnya di percetakan miliknya di Kelurahan Guntur Manggis, Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sama seperti sebelumnya, Rizki mengatakan bunga itu berbentuk subur dan mirip seperti jamur, mengeluarkan cahaya putih dan beraroma harum.
Jika sudah mekar, bunga ini dapat bertahan lama, hingga satu tahun. Namun, tak ada penelitian yang menyebut, jika setelah bunga ini mati, maka akan tumbuh ribuan tahun kemudian di tempat yang sama. Sayangnya, walau sudah banyak orang yang menemukan bunga yang konon hanya disebutkan dalam beberapa kitab suci kuno. Namun, berdasarkan laporan para peneliti menyebutkan, jika bunga surta pembawa keberuntungan tersebut merupakan telur hewan bernama Green Lacewings.
Telur hewan itu memang unik, bentuknya yang serupa dengan bunga udumbara ini menempel pada ranting dan dedaunan. Walau terlihat mirip, belum ada ilmuwan yang berhasil memecahkan dan memastikan apakah udumbara dalam mitos itu merupakan telur hewan. Jika melihat beberapa gambar di laman pencarian, sekilas telur hewan tersebut mirip bahkan terlihat sama dengan bunga udumbara. Padahal, induknya memang sengaja menggantungkan telurnya dengan seutas sutera, untuk melindungi sesama saudara kandungan larva.
Indung telur ini menaruh telurnya dekat dengan sumber makanan, tujuannya jika larva menetas akan mempermudah menyantap makanan. Larva sayap jala hijau atau Green Lacewings, bisa dibilang ganas, karena menyerang apapun yang hidup. Mereka dapat memuncratkan cairan pencernaan dan mencairkan kutu hanya dalam hitungan waktu, tidak lebih dari dua menit. Walaupun telur ini bisa dibilang ganas, tapi tidak membahayakan manusia.