Aglaonema Jadi Ide Dasar Penulisan Sebuah Buku
Jakarta – Meningkatnya pangsa pasar tanaman hias, termasuk Algaonema membuat banyak individu memilih banting stir. Terlebih saat pandemi Covid-19 menerjang perekonomian. Terbukti banyak pengusaha muda sukses di bidang tanaman hias.
Tak salah jika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan kegiatan bedah buku berjudul Teknopreneur Aglaonema: Mengubah Hobi Menjadi Rezeki.
Sekilas tentang Aglaonema sebagai tanaman hias yang juga dikenal sebagai sebutan sri rejeki. Memiliki ciri khas pada daun berwarna merah nan cantik sehingga sangat wajar banyak penghobi tanaman hias yang meliriknya. Termasuk menjadi ide dalam penulisan buku.
Buku karangan kolaborasi Yuni Sugiarti selaku dosen UIN Jakarta dengan Peneliti BRIN, E. Oos M. Anwas ini dibedah di Jakarta, Kamis (14/07). Kegiatan tersebut dihelat BRIN bekerja sama dengan Penerbit Grasindo – PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dalam sambutan pembukaan, Kepala Organisasi Riset Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora, Ahmad Najib Burhani menyampaikan bahwa buku tersebut sebagai salah satu hasil riset dan inovasi yang diberikan BRIN kepada masyarakat. Alasannya, penulisan buku dari peneliti sebagai refleksi seorang peneliti melahirkan tulisan berupa hasil penelitian dan kajian analisis yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Bedah buku ini menghadirkan para pembahas yaitu Haryono Suyono selaku Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (Menkokesra) ke-9, Supriyatno sebagai Kepala Pusat Pembukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Euis Sunarti dan Dwi Purwoko selaku Peneliti BRIN, Pudji Mulyono selaku Pakar Pemberdayaan IPB, serta Husni Teja Sukmana dan Dian Arianti dari Technopreneur kunikita.com.
Oos menyampaikan bahwa tugas peneliti adalah bagaimana Ia menyampaikan ide dan gagasan yang mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat. Untuk itu Ia berharap agar buku yang diterbitkan dapat bermanfaat dan menjadi inspiratif bagi para pembaca.
“Buku ini sebetulnya memang arahnya itu untuk bagaimana membangun inspirasi pembaca termasuk para petani juga. Petani itu tidak hanya petani yang sudah senior, tapi generasi muda juga harapannya bisa membaca buku ini menjadi bahan inspirasi. Saya tahu bahwa sekarang rada-rada mengkhawatirkan dunia pertanian, karena dunia pertanian ini mulai ditinggalkan oleh kaum generasi muda. Itulah harus ada sebuah terobosan dan inovasi bagaimana para generasi muda ini tertarik terhadap dunia pertanian, salah satunya adalah di buku saya ini. Jadi, terobosan-terobosan dalam dunia pertanian ini penting,” ujar Oos saat diwawancarai jagadtani.com.
Teknopreneur secara sederhana dapat didefinisikan sebagai peminat/ pecinta teknologi yang mempunyai jiwa entrepeneur atau jiwa bisnis yang tinggi. Menurut Oos, tanpa jiwa entrepreneur seorang peminat teknologi kemungkinan hanya dapat menjadi seorang teknisi saja.
Teknopreneur sejati adalah orang yang punya kompetensi dan ide cemerlang dalam berkreasi dan berinovasi atas suatu produk/ jasa yang akan dijual ke pasar. Baginya, seorang teknopreneur harus kerja keras, jujur, inovatif, dan punya fleksibilitas dalam bekerja.
Maka ia berhasil di dalam mengembangkan potensinya.
Salah satu contohnya, berbisnis tanaman hias khususnya Aglaonema yang memanfaatkan teknologi informasi. Pemasarannya dilakukan dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, whatsapp, dan media sejenis lainnya. Oos berharap dengan membaca buku tersebut para ASN, eksekutif, ibu rumah tangga, mahasiswa, dan pembaca lainnya dapat terinspirasi serta bisa menciptakan pekerjaan sampingan.
Secara umum para pembahas menyampaikan bahwa buku ini sangat menarik dan terkesan ringan, serta bisa dibaca kapan dan di manapun. “Intinya di buku ini bagaimana kita mengembangkan hobi, semua orang punya hobi termasuk anak muda juga punya hobi. Nah yang jadi masalah adalah bagaimana hobi itu bisa dijadikan sebuah peluang, itu yang tidak mudah. Makanya di buku ini yang kita dorong itu adalah bagaimana kita menemukan potensi yang ada pada diri kita. Semua orang punya potensi, tetapi cara menemukan potensi itu yang tidak mudah,” tutup Oos.