Mengenal IPB 9G, Padi Unggul Bersifat Amfibi
BOGOR - Institut Pertanian Bogor University kembali meluncurkan inovasi terbarunya di bidang pertanian. Setelah sukses mengenalkan varietas padi IPB 3S, kali ini giliran varietas padi unggul baru diberinama padi IPB 9G.
Peluncuran padi IPB 9G oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini berlangsung di IPB International Convention Center (IICC), Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Jumat (29/7).
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan, IPB 9G adalah salah satu inovasi yang dapat menjadi solusi menghadapi persoalan pangan di lahan kering. Inovasi ini melengkapi apa yang sudah dilakukan oleh IPB 3S dengan IPB 4S yang sudah diproduksi di 26 provinsi.
"Inovasi varietas IPB 9G ini menambah kontribusi IPB University bagi ketahanan pangan nasional. Sampai saat ini tercatat IPB University telah mengeluarkan total 9 varietas padi. Semoga hal ini dapat menjadi menginspirasi. Mari kita menunjukkan bahwa perguruan tinggi terus bergerak yg memiliki gagasan dan solusi," tandas Prof Arif.
Diketahui, varietas padi yang dikembangkan oleh tim peneliti IPB University ini dilepas oleh Menteri Pertanian RI pada tahun 2017, dengan SK no 335/Kpts/TP.030/5/2017. Para pemulia varietas IPB 9G adalah Dr Hajrial Aswidinnoor sebagai ketua tim dan Dr Willy Bayuardi Suwarno serta Anggi Nindita, SP, MSi sebagai anggota.
Ketua Tim Peneliti Dr Hajrial Aswidinnoor menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia, terutama petani padi sudah banyak yang mengenal varietas padi IPB 3S, yaitu padi unggul untuk lahan sawah hasil penelitian peneliti IPB University. Varietas padi tersebut dihasilkan oleh tim peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian.
Varietas IPB 3S sendiri telah dua kali dilakukan panen raya oleh Presiden Joko Widodo. Pertama di Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada September 2015. Dari ratusan petani yang turut menanam pada lebih dari 600 hektar lahan sawah di tiga desa, produksi ubinan mencapai 8-13 ton per hektar.
Kedua, panen raya pada April 2021 lalu yang dilakukan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dengan produktivitas ubinan mencapai 12 ton per hektar.
Dari kegiatan-kegiatan penelitiannya, lanjut Dr Hajrial, tim kembali menghasilkan varietas padi unggul baru yakni padi IPB 9G. Varietas padi IPB 9G dilepas sebagai padi gogo yang memiliki potensi hasil mencapai 9.09 ton per hektar dengan produktivitas rata-rata 6.09 ton per hektar.
Tingkat potensi produktivitas tersebut sudah lebih tinggi dari beberapa varietas unggul padi umumnya dan jauh lebih tinggi dari produktivitas padi gogo lokal yang dibudidaya petani. Pun tekstur nasi pulen, seperti halnya kualitas yang umum disukai masyarakat.
Varietas padi IPB 9G ini juga memiliki rendemen beras pecah kulit 75 persen, rendemen beras giling 67 persen dan rendemen beras kepala 79 persen dengan kadar amilosa 21.1 persen, dan karakter agak tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 2 dan 3.
“Terhadap penyakit, varietas IPB 9G bersifat tahan terhadap blas ras 073 dan agak tahan terhadap blas ras 033, 001, dan 051. Namun rentan terhadap blas ras 133,173, 013, 041 dan 023,” terang Dr Hajrial.
Menurutnya, varietas IPB 9G toleran terhadap kondisi keracunan Aluminium 40 ppm, namun agak peka terhadap kekeringan. Disamping itu, varietas ini dapat beradaptasi baik di lahan kering subur dan lahan kering masam dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laun (dpl).
Dr Hajrial mengatakan dengan adanya padi IPB 9G diharapkan produktivitas padi di lahan gogo dapat meningkat. Pada kondisi saat ini yang ketersediaan pangan dunia dan nasional menghadapi ancaman serius akibat perang, perubahan iklim dan sebagainya, inovasi varietas ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih nyata dalam menjaga dan meningkatkan produksi beras nasional.
Ia menambahkan, keunggulan lain dari varietas IPB 9G adalah bahwa ia bersifat amfibi. Maksudnya, selain baik untuk lahan kering atau gogo, varietas ini berproduksi baik pula jika ditanam pada lahan sawah irigasi.
Dari pertanaman-pertanaman yang dicoba oleh petani, produktivitasnya pada lahan sawah irigasi mencapai 10 ton per hektar, bahkan ada yang mencapai angka ubinan 12 ton per hektar.
“IPB University berharap varietas IPB 9G ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam produksi padi di lahan darat. Pada pemanfaatan pertanaman pada lahan darat, seperti data ketahanan terhadap penyakit blas yang agak bervariasi pada beberapa ras di atas, para pengguna benih varietas ini diharapkan dapat mengamati ketahanan penyakit blas untuk lokasi pemakaian lahan budidayanya,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini penting mengingat penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi di lahan darat atau gogo. “Untuk persawahan irigasi biasa, selain var IPB 3S, varietas IPB 9G ini dapat menjadi alternatif pergiliran varietas dengan hasil yang juga unggul atau tinggi,” pungkasnya.