• 26 April 2024

Memintal Untung dari Ulat Sutera 

uploads/news/2022/08/memintal-untung-dari-ulat-56803c82eb59a5d.jpg

BOGOR - Sahabat Tani pasti sudah tidak asing dengan ulat sutera. Ulat sutera atau ngengat sutra merupakan jenis serangga penghasil benang sutera. Benang sutera yang dihasilkan dari hewan ini memiliki nilai komersial tinggi, terlebih sudah menjadi produk kain ataupun pakaian.


Budidaya ulat sutera yang sampai saat ini masih dijalani secara turun temurun dilakukan Kebun Sutera Alam di Desa Batu Gede, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tak hanya budidaya, tempat ini memintal benang sutera dan menjual produk kain sutera.


"Rumah Sutera Alam konsepnya wisata edukasi, di sini ada kebun murbei, kandang ulat sutera, pemintalan benang dan tenun kain hingga siap jual," ungkap pengurus Kebun Sutera Alam, Yan Kusmayandi, kepada Jagad Tani, Rabu (10/8).


Yan mengatakan, Rumah Sutera Alam didirikan oleh almarhum Tatang Gozali pada tahun 2001 dan sekarang dilanjutkan generasi kedua anaknya. Tempat ini sebelum berkembang menjadi kawasan wisata edukasi hingga sekarang sejak di tahun 2006,  difokuskan untuk budidaya ulat sutera. 


"Kita (budidaya ulat sutera) dari telur yang biasanya didatangkan dari Sulawesi Selatan. Setiap bok yang berisikan kurang lebih 25 ribu telur datang, dibawa ke inkubator hingga hari H penetasan. Jadi kita di sini tinggal pelihara saja," papar Yan. 


Telur ulat sutera sendiri membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menetas. Setelah telur menetas, terang Yan, ulat-ulat tersebut dipelihara di kandang ulat kecil hingga hewan ini siap membentuk kepompong. Pembentukan kepompong sendiri dilakukan di kandang terpisah yang disebut kandang ulat besar. 


"Kita kasih makan (daun murbei) sehari 4 kali. Jam 7 pagi, 11 siang, 3 sore dan 6 petang. Makanya untuk pakan (ulat sutera) selama satu bulan itu rata-rata 1,1 ton daun termasuk batang murbei. Kalau daun saja paling 700 kilogram satu bulan," katanya. 


Menurutnya, proses pemeliharaan ulat hingga menjadi kepompong selama satu bulan. Sementara pembentukan kepompong berlangsung selama satu minggu. "Setelah jadi kepompong kita olah ke pabrik untuk diambil benangnya. Di sana ada proses perebusan kepompong dan pengambilan benang dengan mesin."


Rumah Sutera Alam dalam membudidayakan ulat sutera hingga menjadi produk kain dilakukan di atas lahan seluas 4 hektare. 2 hektare di antaranya khusus diperuntukkan untuk budidaya murbei sebagai pakan ulat. Sedangkan sisanya digunakan untuk kandang ulat, pabrik benang dan penenunan kain. 


"Di sini kita sesuai dengan stok pakan, jadi rata-rata 2 sampai 3 bok bibit (telur). Satu bok ini bisa menghasilkan 25-30 kilogram kepompong. Setiap 10 kilogram kepompong dapat 1 kilogram benang. Nah, 1 kilogram benang jika ditenun bisa jadi 10 meter kain," urainya.


Selain menawarkan wisata edukasi ulat sutera, Rumah Sutera Alam menyediakan kain sutera dari hasil budidayanya. Pelbagai kain sutera dijual dari mulai harga Rp200 ribu sampai 2 juta rupiah khusus untuk kain sutera dengan jenis kombinasi. (Haris Al Basith)

Related News